Bukan hanya di Indonesia, ternyata di Jepang juga cukup banyak kejahatan yang bikin pusing para penegak hukum karena penjahat yang “licin”, bahkan para pelaku kejahatan ini belum tertangkap sampai sekarang. Nah, di antara sekian banyaknya kasus kriminal di Jepang yang belum terpecahkan, 5 kasus kriminal inilah yang paling terkenal. Apa saja?
Insiden Omi-ya
Bagi pecinta sejarah Jepang, pasti tak asing dengan nama Sakamoto Ryoma. Ya, ia adalah figure ikonik Jepang yang berhasil mendamaikan perselisihan antara Satsuma (Prefektur Kagoshima) dan Choshu (Prefektur Yamaguchi), menolong mereka mengalahkan para Shogun.
Namun karena itulah Ryoma memiliki banyak musuh, hingga akhirnya pada 10 Desember 1867, satu bulan setelah restorasi kekaisaran, ia dibunuh di Omi-ya (sebuah penginapan dan toko kecap) Kyoto bersama bodyguard-nya, seorang mantan pesumo bernama Tokichi Yamada, dan temannya, Nakaoka Shintaro. Sang bodyguard lah yang pertama kali diserang setelah membuka pintu untuk seorang tamu yang ingin bertemu dengan Ryoma. Setelah sang bodyguard tumbang, si pembunuh bayaran ini masuk dan menyerang Ryoma dan Shintaro. Ryoma tewas di tempat kejadian sementara Shintaro meninggal 2 hari kemudian setelah dirawat. Sebelum meninggal, Shintaro sempat menjelaskan peristiwa tersebut, namun sayangnya ia tidak menegtahui siapa orang yang menyerangnya.
Beberapa bulan setelahnya, Kondo Isami yang menjadi tersangka akhirnya dieksekusi. Kondo Isami merupakan pimpinan Shinsengumi, sebuah tim police-force spesial asal Kyoto yang menjaga Shogun. Pada tahun 1870, Imai Noburo, seorang mantan anggota rival pro-Shogun yang disebut Miwarigumi mengaku membunuh Ryoma bersama anggota grupnya. Meksipun begitu, pengakuan ini diiragukan kebenarannya. Idetintas pembunuh sebenarnya belum terbuktikan dan kasus kriminal Jepang ini masih menjadi bahan debat para sejarawan hingga kini.
The Teigin Case
Kasus kriminal Jepang yang tak terpecahkan berikutnya adalah Teigin Case. Setelah lebih dari 3 dekade sejak dijatuhkan hukuman gantung, seorang tahanan berusaia 95 tahun bernama Sadamichi Hirasawa meninggal akibat pneumonia pada tahun 1987. Dinyatakan bersalah akibat pencurian dan mass poisoning, pelukis tempera ini menghabiskan 32 tahun hidupnya menunggu hukuman mati. Meskipun begitu, tidak ada satupun justice minister pada era itu yang bersiap-siap untuk menandatangani riwayat kematiannya karena banyaknya desas-desus tentang kesalahannya.
HIrasawa dituduh melakukan kejahatannya itu di sekitar jam tutup Bank Teikoku (Teigin) pada 26 Januari 1948. Seorang pria yang mengaku sebagai seorang epidemiologist memberikan sebuah kartu nama bertuliskan Dokter Shigeru Mitsui pada seorang karyawan bank. Pria itu mengatakan dia dikirim oleh pemerintah Amerika untuk menangani wabah disentri yang memeang terjadi saat itu. Enam belas orang yang hadir di tempat itu masing-maisng diberi sebuah “antidote” dan 12 orang di antaranya tewas setelah meminum obat itu. Orang itu kemudian menghilang dengan membawa uang sebesar 160,000 yen. Anehnya, ia meninggalkan sisa uang sebanyak 180,000 yen.
Karena Dr Matsui yang asli memiliki alibi, polisi pun melacak Hirasawa yang menerima kartu nama itu dari Dr Matsui beberapa bulan sebelumnya. Ketika polisi mendatanginya, ia mengatakan kartu tersebut hilang, membuat polisi curiga dialah yang meracuni orang-orang dengan menyamar sebagai Dr Matsui dan menahannya. Meskipun tak ada bukti konkrit, seniman ini diinterogasi dan disiksa berminggu-minggu hingga akhirnya mengaku. Meskipun begitu, pembelanya mengatakan ia menderita suatu amnestic disorder bernama Korsakoff psychosis, membuat pengakuannya diragukan.
Karena itu, banyak orang yang beranggapan Hirasawa hanya korban dari para peneliti Jepang masa perang dalam divisi senjata kimia dan biologi, Unit 731. Konon, mereka diberi imunitas dari orang Amerika setelah Perang Dunia II usai dengan syarat wajib mengumpulkan data melalui eksperimentasi manusia. David Peace, pengarang buku berjudul Occupied City, sebuah buku berdasarkan insiden Teigin, percaya bahwa, “tindak criminal seperti ini hanya bisa terjadi saat Occupation.” Dia memang mengarang buku ini dengan harapan untuk “memecahkan kasus ini,” namun pada akhirnya, hal yang dia yakini hanya tidak bersalahnya Hirasawa.
Perampokan 300 Juta Yen
Di suatu pagi sekitar 50 tahun lalu, seorang perampok yang menyamar menjadi petugas polisi meyakinkan 4 orang pegawai bank bahwa truk yang mengangkut bonys untuk pekerja di Toshiba akan meledak. Ketika mereka akan pergi, ia mengikuti dan menggasak uang sebanyak 300 juta yen. Inilah perampokan bank terbesar sejarah Jepang.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, beberapa ancama bom dikirimkan ke manajer Nihon Shintaku Bank. Para staff telah diberi tahu tentang hal ini, jaid ketika perampok berseragam itu mengatakan kalau rumah bos mereka telah diledakkan, mereka percaya padaya. Dia lali mengingatkan merrka untuk retreat karena ada dinamit yang telah disimpan dalam mobil mereka.
Perampok itu lal menuju me bawah van untuk menginvestigasi sambil menyalakan api tanda pringatan. Ia kemudian pergi dari situ menuju Penjara Fuchu. Untuk meninggalkan jejaknya, ia meninggalkan van dan melarikan diri dengan mobil-mobil curian. Dia juga meninggalkan 120 buah barang sehari-hari untuk membuat polisi pusing.
Penyidikan yang lama dan luas (namun tanpa membuahkan hasil) ini menghasilka daftar sebanyak 110,000 tersangka. Dua petugas polisi dilaporkan tewas akibat kelelahan. Semua usaha ini akhirnya sia-sia karena terbitnya undang-undang tentang limitasi yang berakhir pada Desember 1975.
The post 5 Tindakan Kriminal Jepang yang Terkenal dan Belum Terpecahkan appeared first on Japanese Station.