Pada tanggal 18 dan 19 September kemarin, salju pertama sudah terlihat turun di puncak Gunung Asahi-dake dan Gunung Kuro-dake, Prefektur Hokkaido. Salju ini diperkirakan mulai turun pada pukul 6 pagi waktu setempat, dan kini telah menutupi sejumlah wilayah di sekitarnya. Peringatan pendakian gunung juga sudah dikeluarkan.
北海道の大雪山系、旭岳の山頂付近で初雪が確認されました。https://t.co/qHvPHGVizC#nhk_video pic.twitter.com/J3busWZH0O
— NHKニュース (@nhk_news) September 19, 2019
Salah satu pekerja operator kereta gantung di Asahi-dake mengkonfirmasi bahwa salju dengan intensitas rendah mulai turun pada pagi hari kemarin. Kamera milik kantor berita NHK yang terpasang di tempat tersebut juga mengalami pengembunan. Sementara itu di gunung Kurodake, manajer dari tenda evakuasi disana melaporkan saljut mulai turun pada pukul 11 malam tanggal 18 September.
Sejumlah netizen juga membagikan foto salju di akun Twitter mereka:
おいおいおい…(;´∀`) pic.twitter.com/Q12aCUKvqd
— 畑測量設計[稚内] (@hatasoku) September 18, 2019
黒岳山頂からさらに先にある黒岳石室周辺で初雪が降りました!
今朝6時の時点で5cm程度の積雪。現在も降り続いています。
今後登山する予定の方は十分な注意が必要です。 pic.twitter.com/cOe1JoCJB9— 大雪山層雲峡黒岳ロープウェイ (@rinyu_kurodake) September 18, 2019
Jepang beberapa minggu lalu sedang menghadapi berbagai fenomena alam. Mulai Badai Krosa pada pertengahan Agustus, kemudian Badai Faxai yang melanda bagian selatan dan timur Jepang. Imbas dari badai ini adalah banyak penerbangan yang harus dibatalkan dan akses ke sejumlah tempat harus ditutup. Hal ini diakibatkan badai yang membawa hujan lebat dan angin kencang membuat sejumlah daerah mengalami longsor dan banjir. Hal ini juga berdampak pada listrik ke sejumlah daerah yang harus terputus.
Jepang juga sedang dilanda gelombang atau pitam panas yang telah menewaskan lebih dari 57 jiwa sejak bulan Agustus. Gelombang panas ini sudah menyerang Jepang sejak bulan Juli dan tak hanya korban meninggal, sekitar 1.800 jiwa harus dirawat di rumah sakit. Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana Jepang melaporkan para korban yang tewas tersebar di 24 prefektur. Fenomena ini juga mengancam persiapan penyelenggaraan Olimpiade 2020 mendatang.
Mengutip dari Reuters, musim panas tahun 2017 dapat mencapai 41 derajat Celcius di bagian utara Tokyo. Gelombang panas ini juga menjadi alasan mengapa Olimpiade 1964 dahulu harus didorong hingga ke bulan Oktober. Dengan turunnya salju ini mungkin saja bisa menjadi penyejuk awal dari gelombang panas yang kian liar di bagian tengah hingga utara Jepang.
Sumber: NHK