Artikel oleh Felix Martua
Rasa-rasanya baik itu penggemar budaya Jepang maupun masyarakat awam pastinya cukup familier dengan Hachikō: anjing jenis Akita asal Jepang yang terkenal akan kesetiaannya kepada sang majikan. Namun, satu hal yang mungkin masih belum diketahui oleh masyarakat dunia (bahkan orang Jepang sendiri) adalah bahwa Hachikō bukan sekedar cerita rakyat belaka atau seekor anjing dengan ‘bakat’ yang istimewa. Hachikō adalah sosok nyata yang berhasil menjadi fenomena global, yang gemanya bahkan masih terdengar kencang nyaris satu abad semenjak kelahirannya. Bahkan, beberapa kalangan turut mengklaim bahwa Hachikō termasuk sebagai salah satu momen “viral” pertama di abad modern.
Penasaran? Mari kita kupas lebih dalam!
Hachikō: anjing simbol kesetiaan Kota Shibuya dan salah satu fenomena “viral” pertama di abad modern (sumber: ohayo.it)
Kesetiaan Hingga (dan Melampaui) Akhir Hayat
Ketika dilihat asal-usulnya, Hachikō adalah anjing jenis Akita yang lahir di sebuah peternakan di Kota Ōdate, Prefektur Akita, Jepang pada tanggal 10 November 1923. Ketika usianya baru satu tahun, seorang profesor bernama Ueno Hidesaburō mengadopsi Hachikō untuk tinggal bersamanya di Kota Shibuya, Tokyo. Pasangan majikan-peliharaan ini memiliki rutinitas unik: Hachikō selalu menemani sang majikan berangkat kerja ke Stasiun Shibuya setiap paginya. Begitu sore tiba, Hachikō akan menunggu persis di depan stasiun untuk menemani majikannya pulang ke rumah.
Sayang sekali, pada tanggal 21 Mei 1925, Ueno Hidesaburō meninggal mendadak ketika beliau sedang mengajar di Universitas Tokyo. Seluruh saudara dan kolega beliau pun lantas berkabung– kecuali Hachikō. Mau tahu apa yang Hachikō lakukan?
Dia menunggu di depan Stasiun Shibuya.
Salah satu dari sedikit sekali foto dokumentasi Hachikō sedang menunggu mendiang majikannya di depan Stasiun Shibuya (sumber: gogonihon.com)
Selama hampir sepuluh tahun sejak meninggalnya Ueno Hidesaburō, Hachikō selalu setia menanti ‘kepulangan’ sang majikan setiap sore di depan Stasiun Shibuya. Pada awalnya, para pengguna kereta dan petugas Stasiun Shibuya merasa bingung dan risih dengan kehadiran anjing tanpa majikan yang selalu ‘nangkring’ di depan stasiun tanpa alasan yang jelas ini. Namun kemudian, salah seorang mahasiswa bimbingan Ueno Hidesaburō– yang kebetulan juga sedang meneliti anjing jenis Akita– memutuskan untuk mengobservasi tingkah laku Hachikō sambil menggali lebih dalam sejarahnya. Menyimpulkan bahwa Hachikō ternyata mempercayai bahwa suatu hari nanti sang majikan akan tiba di Stasiun Shibuya, beliau pun menulis artikel yang selanjutnya diterbitkan oleh salah satu surat kabar terbesar di Jepang –yakni Asahi Shimbun— pada tahun 1932. Terang saja, artikel tersebut langsung menarik perhatian nasional.
Kesetiaan Kepada Keluarga, Ketaatan Kepada Kekaisaran
Dalam waktu singkat, Hachikō menuai popularitas yang menarik perhatian berbagai macam kalangan di Jepang. Banyak masyarakat datang mengunjungi Stasiun Shibuya khusus untuk memberikan Hachikō hadiah seperti cemilan, makanan, dan selimut rajutan. Saking menukiknya popularitas Hachikō, pemerintah Jepang pun menobatkan Hachikō sebagai simbol kesetiaan terhadap keluarga dan ketaatan kepada Kekaisaran.
Hachikō, simbol kesetiaan dan ketaatan, akhirnya menyusul kepergian sang majikan tertanggal 8 Maret 1935 pada usia 11 tahun. Hachikō dikremasi dan disemayamkan di peristirahatan terakhir yang sama dengan majikannya, Ueno Hidesaburō.
Hingga saat ini, tanggal 8 Maret menjadi tanggal yang istimewa dan ditandai dengan upacara peringatan dan berkumulnya para pecinta anjing di Stasiun Shibuya. Tanggal 8 Maret 2020 kelak akan menjadi peringatan 85 tahun meninggalnya Hachikō. Tidak hanya itu, kesetiaan Hachikō juga diabadikan dalam bentuk film, novel, komik, dan tentu saja: Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya.
Patung Hachikō di Depan Stasiun Shibuya
Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya pertama kali dipahat dan diresmikan pada bulan April 1934 oleh seorang seniman bernama Ando Teru (dan peresmiannya disaksikan pula oleh Hachikō sendiri– setahun sebelum kematiannya). Akan tetapi, Patung Hachikō ini kemudian dilelehkan untuk keperluan rel kereta api terkait Perang Dunia Kedua oleh pemerintah Jepang. Setelah perang usai, patung kedua diukir –oleh putra seniman orisinilnya sendiri, yaitu Ando Takeshi– dan diresmikan kembali pada bulan Agustus 1948. Patung tersebut yang kini dikenal oleh masyarakat era modern dan masih berdiri tegak hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Shibuya sendiri berkembang menjadi salah satu stasiun kereta api yang paling padat dan populer seantero Jepang. Selama nyaris delapan dekade lamanya, Patung Hachikō kini menjadi meeting point yang populer oleh para pejalan kaki dan maskot untuk Kota Shibuya. Bahkan setelah delapan dekade lamanya, wisatawan lokal dan mancanegara masih menggerayangi Patung Hachikō untuk memperingati kesetiaannya yang tidak mengenal batas. Para wisatawan cenderung mempersembahkan karangan bunga di bawah kaki Patung Hachikō di musim panas dan selimut sulaman di musim dingin.
Foto peresmian Patung Hachikō yang pertama, disaksikan langsung oleh Hachikō (foto kiri) (sumber: visualizepicture.com)
Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya, Kota Shibuya, Tokyo. Circa 2019 (sumber: tokyoisours.com)
Fakta Unik Mengenai Patung Hachikō
- Faktanya, terdapat empat “Patung Hachikō” (selain yang berdiri tegak di depan Stasiun Shibuya) yang dipahat lalu diresmikan di seluruh dunia. “Patung Hachiko” kedua diresmikan di kampung halaman Hachikō, persisnya di depan Stasiun Ōdate. Terdapat lagi “Patung Hachiko” di depan pintu masuk Museum Anjing Akita di Kota Ōdate, Prefektur Akita. Konsulat Jepang juga meresmikan “Patung Hachikō” yang serupa di Woonsocket Depot Square, Rhode Island, Amerika Serikat. “Patung Hachikō” yang terbaru adalah patung yang bertengger di Universitas Tokyo yang juga adalah almamater majikan Hachikō, yaitu Ueno Hidesaburō.
- Terdapat keunikan tersendiri untuk “Patung Hachikō” yang bertengger di Universitas Tokyo. Patung ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2015 sebagai bentuk peringatan 80 tahun meninggalnya Hachikō. Patung ini mencitrakan “akhir yang bahagia” untuk mendiang majikan dan anjing peliharaannya, yaitu Ueno Hidesaburō yang akhirnya tiba di Stasiun Shibuya dan disambut dengan penuh sukacita oleh anjingnya yang setia, Hachikō.
“Patung Hachikō” terbaru yang berlokasi di Universitas Tokyo, mencitrakan “akhir yang bahagia” antara Hachikō dan majikannya (sumber: soranews24.com)
- Hachikō tidak menjadi satu-satunya “anjing legendaris” di Jepang. Jauh sebelum Hachikō lahir, terdapat pula kisah nyata seekor anjing bernama Tsun yang terkenal akan kesetiaannya kepada sang majikan, seorang samurai era Eido-Meiji bernama Saigō Takamori (yang juga memiliki reputasi sebagai the last true samurai). Apabila Hachikō diabadikan sebagai simbol kesetiaan dan ketaatan, maka Tsun dan majikannya diabadikan sebagai simbol pelindung dan kemakmuran. Banyak yang beranggapan bahwa Tsun (yang merupakan anjing betina) adalah yin untuk yang milik Hachikō (yang merupakan anjing jantan).
- Ternyata Hachikō –atau setidaknya, Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya– juga memiliki kawan setia. Sejak tahun 2015, seekor kucing yang tidak diketahui identitas ataupun asal-usulnya terlihat sering menemani Patung Hachikō. Kehadiran kucing ini pun lantas turut menuai sensasi di antara para wisatawan dan khalayak ramai di kawasan Kota Shibuya. Banyak wisatawan berebut untuk mengambil foto bersama Patung Hachikō dan teman barunya.
“Teman baru” Hachikō. Konon kucing tersebut selalu ‘nangkring’ di bawah pelukan Hachikō setiap siang (sumber: ABS-CBN News)
Mengapa Kamu Wajib Banget Mengunjungi Patung Hachikō
Tentunya tidak perlu menjadi pecinta anjing (atau kucing) untuk bisa mengapresiasi Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya ini. Terlepas dari perbedaan pemahaman ataupun latar belakang, satu hal yang selalu disepakati oleh para pengunjungnya adalah bahwa kesetiaan kini menjadi ‘romansa’ yang semakin langka seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman. Kenyataan bahwa seekor anjing sanggup untuk setia kepada majikan yang disayanginya, melampaui batasan waktu dan bahkan nyawa, menjadi inspirasi yang tidak boleh dilewatkan siapa pun juga. Hachikō tidak hanya menjadi saksi sejarah atau simbol nilai-nilai tradisional Jepang– Hachikō juga seolah-olah menjadi bukti bahwa beberapa hal tertentu tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Oleh karena itu, rasa-rasanya sudah saatnya buat kamu untuk selesai membaca atau mendengar mengenai Hachikō dan mulai mengunjungi Hachikō secara langsung! Caranya sendiri tidak sulit, kok. Tidak perlu lagi menerka-nerka Google Maps atau semacamnya karena kebetulan banget, Jurnal Otaku Indonesia akan menyelenggarakan open trip Anime Japan dengan bekerja sama dengan Whatravel. Bahkan, tidak hanya Patung Hachikō di Stasiun Shibuya, kamu juga bisa sekalian mengunjungi seantero Kota Shibuya dan lokasi-lokasi wisata yang jarang diketahui banyak orang seperti Tokyo Big Sight, Oedo Onsen, Nakano Broadway, dan masih banyak lagi.
Bagi yang berminat, silakan cek tautan berikut ini untuk informasi lebih lanjut mengenai open trip ini. Sampai jumpa di Jepang bersama Jurnal Otaku!
Poster Anime Japan open trip:
https://www.facebook.com/jurnalotakuidn/photos/a.366693240092756/2483389651756427/?type=3&theater
Situs Whatravel: