Sejauh Mana Pelaku Pelecehan Seksual di Jepang Melakukan Aksinya?

Posted on

Meski dikenal sebagai negara yang berbudaya, maju, dan aman, Jepang tetap punya sisi gelap yang belum bisa hilang hingga sekarang: sikap permisif terhadap pelecehan seksual di Jepang. Sama seperti di Indonesia dan kebanyakan negara lain, konsep consent di Jepang sering disalahartikan. Menurut seorang ahli, Sachiko Nakajima,masih banyak orang yang mengatakan kalau para korban itu “meminta agar diserang” dan kerap kali disalahkan atas kejadian yang menimpanya. Tak cukup sampai di situ, kurangnya rape crisis centers dan beberapa layanan yang dapat membantu para korban sangat sedikit di negeri sakura ini, membuat para korban tidak berani melaporkan kasus pelecehan seksual  yang menimpanya.

Nah, salah satu bentuk pelecehan seksual yang sering terjadi adalah chikan. Kata ini biasanya digunakan untuk mendeskripsikan segala bentuk pelecehan di kereta seperti meraba, memotret, atau tindakan seoronoh lainnya.

Pelecehan seksual Jepang

Meski sempat ada gerakan perlawanan dari para wanita seperti  gerakan #MeToo buatan Shiori Ito, atau demonstrasi I AM di Shinjuku yang menginginkan adanya perhatian terhadap korban kekerasan seksual, juga berbagai produk yang menolong para korban seperti  anti-groping badges dan aplikasi “Digi Police” , tetap saja masalah chikan belum juga selesai. Banyak yang berpikir kalau  hal ini malah menambah risiko bagi para wanita.

Walaupun diawali dengan kejadian tidak mengenakkan, perlahan perilaku tidak baik ini hilang dari Jepang. Meskipun begitu, masih ada beberapa kasus yang  menyebalkan. Nah inilah beberapa kasus yang menunjukkan sejauh mana pelaku pelecehan seksual di Jepang melakukan aksinya.

Layaknya scene dari film “It”

Pelecehan seksual Jepang

Pada 2015, seorang laki-laki di Kobe ditahan untuk kedua kalinya setelah ditemukan mendekam di sebuah selokan.  Laki-laki ini bersembunyi di selokan pada pagi hari dan dilaporkan bersembunyi di tempat itu selama 5 jam. Sebelumnya, ia menggunakan smartphone-nya untuk merekam wanita-wanita berpakaian.

Pria ini ditemukan oleh seorang pejalan kaki yang lewat. Pejalan kaki itu melihat rambut pria itu menyembul dari selokan. Akhirnya, ia ditangkap.

Groper express

“Groper Express” sempat terjadi di Jepang. (japan-experience.com)

Pada Desember 2019 lalu, seorang groper kabur dari kejaran polisi di Stasiun Tokyo dan lari menyusuri rel.  Polisi yang mengejarnya sulit menemukannya.  Kejadian ini menyebabkan tertundanya perjalanan kereta selama 15 menit.

Sayangnya, kejadian ini “menular” menyebabkan kasus kaburnya para orang-orang mesum itu naik. Di tahun 2017, The Mainichi Shinbun melaporkan berkembangnya kasus ini.  Selama 1 bulan, mereka melaporkan ada sedikitnya 5 kasus yang terjadi di area Tokyo. Ketika kasus ini terjadi, jadwal kereta pasti tertunda, bahkan terkadang tersangka pun berhasil kabur. Namun, ada juga yang btidak beruntung, seperti jatuh ke sungai dan tewas atau tertabrak kereta.

The post Sejauh Mana Pelaku Pelecehan Seksual di Jepang Melakukan Aksinya? appeared first on Japanese Station.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *