“Arte” adalah serial manga karya Kei Ookubo yang tampil di majalah Monthly Comic Zenyon sejak tahun 2013. Adaptasi anime-nya diumumkan akhir tahun lalu, dan diproduksi oleh studio Seven Arcs. Serial ini sudah terlihat menggunakan setting jaman abad pertengahan dari visualnya, dan ini menjadi salah satu faktor yang menarik saya untuk menonton serial ini.
Selain dari visual dan setting, saya diyakinkan kembali dengan kolaborasi dan adanya dukungan dari Kedubes Italia untuk Jepang. Muse Asia juga memasukan anime ini dalam simulcast musim semi tahun ini, sehingga membuat saya tak pusing-pusing mencari cara legal untuk menonton serial ini.
Sinopsis:
Abad ke-16, di kota Firenze, Italia. Seorang gadis, satu ambisi artistik! Tempat lahirnya era renaisans, dimana karya seni berkembang. Di suatu sudut kecil di kota yang luas, seorang gadis yang lugu memulai perjalanannya. Dia bermimpi untuk menjadi seorang seniman, sebuah pilihan karir yang sulit untuk gadis yang terlahir dari keluarga bangsawan. Pada masa itu, seni secara eksklusif merupakan profesi seorang pria, dengan wanita dihadapkan dengan diskriminasi yang kuat. Terlepas dari tantangan tersebut, Arte Spaletti bertahan dengan kerja keras dan sikap positif!
Publisitas Merangsang Kohesi
Proyek ini di-backing-i oleh Tokuma Shoten melalui Coamix dan Universal Japan, dan kerennya juga mendapat dukungan dari Kedubes Italia untuk Jepang. Otomatis publisitas adaptasi anime-nya juga mendapat perhatian lebih dari para penggemar jejepangan di negara pizza sana. Sampai-sampai Yamato Animation, penyedia streaming anime dari Italia mendapatkan lisensi penayangan anime ini di kanal YouTube mereka.
Mengikuti perkembangannya dari screening utama yang diselenggarakan Maret lalu, serial yang bermula dari sebuah manga ini kini makin dikenal secara global. Popularitas ini juga diharapkan dapat menambah penjualan manga-nya, yang kini sudah menembus lebih dari 1,5 juta eksemplar. Jika adaptasi anime ini terbilang sukses, semoga penerbit Indonesia ataupun penerbit berbahasa Inggris tertarik untuk merilis manga-nya dalam bahasa masing-masing.
Woman Against The Odd
Tak seperti masa modern saat ini dimana pekerja seni dapat dilakukan siapa saja tanpa batasan gender, di jaman Renaisans dalam serial ini, perempuan masih dianggap sebagai pekerja urusan rumah tangga. Entah dari kelas apapun itu, nilai wanita dilihat dari pengabdiannya kepada para suaminya. Pengabdian yang dimaksud seperti memasak, menjahit, bersih-bersih, hingga melayani suaminya.
Lalu bagaimana dengan para perempuan yang masih remaja dan lajang yang umurnya sudah dapat naik ke jenjang pernikahan? Mereka harus tetap tinggal bersama dengan orang tua atau wali, atau juga bergabung dengan gereja setempat. Jika beruntung, mereka akan didatangi oleh keluarga laki-laki dan mulai bernegosiasi mengenai pernikahan. Tidak seperti Arte, perempuan berumur 17 tahun ini berusaha mendobrak sistem tersebut dengan cara memulai karir sebagai artisan.
Tak mau menuruti permintaan sang ibu, Arte bersikeras untuk mencari artisan senior untuk dijadikan gurunya. Tentunya tahap ini tak mudah dikarenakan artisan sendiri termasuk pekerjaan kasar dan biasa dilakukan oleh laki-laki. Dicemooh dan ditolak sana-sini, perempuan dengan nama keluarga sama dengan mantan manajer AS Roma dan Zenit Saint Petersburg ini akhirnya bertemu dengan laki-laki yang mau memberikan kesempatan untuknya demi mencapai impiannya. Namun salutnya dari saya adalah Leo tidak memposisikan Arte sebagai perempuan dalam pekerjaan yang ia berikan, karena ia perlu meyakini bahwa kemauan keras Arte ini bukan hanya nafsu sementara yang bergejolak darinya.
Verdict: Butuh Kontribusi Karakter Pendukung
Dari tiga episode yang sudah tayang, terutama di Muse Asia, karakter-karakter pendukung yang muncul belum cukup memberikan pengaruhnya dalam perkembangan cerita. Karakter-karakter seperti Angelo, Sofia, dan Veronica sudah muncul namun dengan kontribusi mereka yang hanya baru pengenalan. Masih ada Daphne, Darcia dan Katarina yang belum secara resmi muncul dalam tiga episode terakhir, sehingga saya dan kalian mungkin hanya butuh waktu untuk menunggu kehadiran mereka.
“Mau dibawa kemana?”, kalimat yang saya salin dari penulis lain ini harus dipakai kembali karena paruh musim sudah mendekat walau terasa jauh akibat coronavirus. Saya sudah mewanti-wanti bahwa serial ini mungkin terkena wabah penundaan juga dalam penayangannya, sehingga penontonnya bakal cukup frustasi untuk menambah satu atau dua minggu atau satu bulan lagi demi menonton episode berikutnya. Mari kita maklumi jika hal itu benar-benar terjadi.
As long as you guys watch this series on a legal place, there will be a space to moan on or after the series aired.