Jumlah keanggotaan dari sindikat kriminal atau Yakuza di Jepang di tahun 2020 alami penurunan. Informasi ini diungkap oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang pada minggu lalu (8/4). Penurunan ini menjadi yang ke-16 kalinya sejak tahun 2005. Beberapa alasan penurunan ini disebabkan oleh kebijakan anti kelompok geng hingga tindakan pendulangan dana dari aktivitas geng.
Badan Kepolisian Nasional Jepang mencatat bahwa keanggotan dari sindikat atau yakuza telah mencapai 25.900 orang di akhir tahun 2020. Angka ini mengalami penurunan 2.300 orang dari tahun sebelumnya.
Lebih detailnya, terdapat penurunan 1.100 anggota menjadi 13.300 anggota purnawaktu. Sementara anggota asosiasinya menurun dengan angka yang sama menjadi 12.700 anggota.
Kepoliian nasional juga mencatat bahwa Yamaguchi-gumi, kelompok yakuza terbesar di Jepang masih menduduki posisi tertinggi dalam jumlah keanggotaan mencapai 8.200 anggota. Angka ini mengalami penurunan 700 anggota dari tahun sebelumnya. Kemudian posisi kedua ditempati Sumiyoshi-kai dengan 4.200 anggota, dan Inagawa-kai dengan 3.300 anggota.
Kepolisian juga mengungkap adanya konflik antara anggota kelompok yakuza Yamaguchi-gumi dengan kelompok utama Kobe Yamaguchi-gumi di tahun 2020. Komisi Keamanan Publik Jepang pada Januari 2020 mendeskripsikan kedua kubu tersebut “diambang konflik”. Dari 10 prefektur, kegiatan geng kini makin dibatasi.
Selain kebijakan anti geng yang diimplementasikan pemerintah pusat, menurunnya angka uang keamanan alias mikajimeryo juga menambah tingkat kesulitan dari geng ini. Uang keamanan ini biasanya ditarik oleh para anggota yakuza dari restoran atau bar yang berada di daerah kekuasannya. Namun dikarenakan pandemi dan pendapatan menurun, pemilik restoran dan bar mulai ragu untuk membayar uang keamanan ini. Keluhan dari pimpinan yakuza terhadap pandemi dapat kalian baca di tautan ini.
Banner: Business Journal