Tanggal 4 Mei dirayakan sebagai “Hari Ramune” di Jepang. Asal usul dari hari tersebut adalah saat seorang pengusaha di Tokyo memulai produksi dan menjual ramune pada 5 Mei 1872. Hingga masa modern, eksistensi minuman satu ini masih sangat populer, terutama di tempat-tempat wisata. Namun karena pandemi virus korona, minuman satu ini bisa menghilang dari pasaran.
Hidefumi Kimura, presiden Asosiasi Ramune Jepang dan Kimura Beverage Co., Ltd. di Prefektur Shizuoka menjelaskan, “Angka dari produsen ramune telah menurun, dan jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam asosiasi ramune menurun menjadi 33. Dikarenakan virus corona, empat perusahaan telah menutup operasi atau mengudurkan diri dalam produksi ramune pada tahun lalu hingga saat ini”. Salah satu perusahaan yang menutup operasinya adalah Yamada Beverage Industry Co., Ltd.
Yamada Beverage Industry sudah berdiri selama 90 tahun dalam produksi minuman kemasan. Perusahaan ini diambang kebangkrutan pasca Perang Dunia Kedua setelah sang pendiri menjadi korban peperangan. Sang anak kembali menggerakan perusahaan ini hingga resmi menutup operasinya pada tahun 2020. Alasan utama penutupan ini masih terkait dengan virus corona, namun terdapat faktor pendukung lain seperti tak adanya suksesor terbaru pada posisi pemimpin perusahaan.
Ramune sendiri sering dikonsumsi saat digelarnya suatu acara seperti festival, pesta, pertunjukan kembang api, hari atletik, atau di situs wisata. Meskipun minuman ini masih dijumpai di toko-toko swalayan, banyak acara-acara seperti itu harus dibatalkan akibat pandemi. Pihak Asosiasi Minuman Ringan Jepang menyatakan, “Kami tidak memiliki data statistik untuk ramune tersendiri”. Namun mereka meyakini bahwa industri minuman yang memiliki bola di dalam botolnya ini tengah dalam situasi sulit.
Dari data yang dipublikasi, ramune dengan botol gelas telah terjual hingga 1.310.000 pada tahun 2019. Namun di tahun 2020, jumlahnya menurun menjadi 855.000 botol atau menurun 35% dari tahun sebelumnya. Sementara untuk ramune dengan botol plastik terjual hingga 1.160.000 botol pada tahun 2019. Angka ini menurun di tahun 2020 hingga 76% menjadi 279.000 botol. Di tahun 2021 diprediksi akan turun lebih jauh lagi.
“Ramune botol gelas memiliki tanggal kedaluwara yang lama, sehingga penjualannya masih berjalan. Masalah terjadi pada botol plastik. Botol ini ringan dan mudah untuk digenggam, namun tak seperti gelas, cukup mudah untuk menghilangkan kandungan asam karbonat dan tidak dalam jangka waktu yang lama,” ucap perwakilan dari Asosiasi Minuman Ringan Jepang.
Namun Kimura Beverage Co., Ltd., mengalami fenomena unik dimana jumlah penjualan ramune ke luar negeri telah melewati jumlah penjualan di Jepang. “Kami mengekspor ramune ke 40 negara. Yang utama adalah Amerika Serikat”. Namun mereka tidak bisa mengadalkan ekspor daripada pemasaran secara nasional untuk tetap bergerak. “Saya mendengar bahwa banyak produsen ramune itu berkapasitas kecil dan dalam kesulitan pada akhir musim pana lalu. Saya akhirnya khawatir bahwa efek negatif dari virus korona berlanjut di tahun ini. Saya berpikir ramune yang terkadang digunakan lagi untuk diminum akan menjadi minuman yang bakal dievaluasi oleh masyarakat di masa depan.”
Sumber: Daily Shincho