5 Tempat Nongkrong di Tokyo dengan Gaya ‘Kuno’

Posted on

Ketika banyak orang berpikir tentang Tokyo, gambaran pertama yang terlintas dalam pikiran adalah jalan-jalan neon bergaya – Blade Runner dari Shinjuku dan Akihabara. Namun kenyataannya, Tokyo bisa dibilang salah satu kota paling kaya akan sejarah di dunia, dimana banyak tempat Kuno yang memiliki cerita historis masing-masing. Berikut tempat-tempat tongkrongan kuno di Tokyo, yang dapat kalian kunjungi.

Shibamata

Kalian akan menemukan Shibamata di sudut timur Tokyo, di perbatasan Prefektur Chiba. Ini adalah kota kuno yang dipenuhi dengan pesona shitamachi gaya lama. Jika Kalian mencari pengalaman otentik dari Tokyo klasik tetapi ingin menghindari jalan-jalan yang padat dari Asakusa, kota yang tenang ini tepat di tepi Sungai Edogawa adalah sebuah rahasia lokal yang terawat baik, yang relatif tak tersentuh oleh dunia pariwisata.

Secara umum Shibamata terkenal karena dua hal – Kuil Taishakuten yang mengesankan dan sakral, dan seri film yang dikenal dengan Judul Otoko wa Tsurai Yo It’s tough being a man”. Komplek Rumah dengan taman yang indah dan pohon pinus yang berusia 500 tahun yang konon terlihat seperti seekor naga, Kuil Taishakuten adalah bagian arsitektur yang mengesankan, dan terutama terkenal karena ukiran kayu yang rumit yang menghiasi bangunan kayunya.

Antara tahun 1969 dan 1995, serial Jepang yang sangat populer, Otoko wa Tsurai Yo, yang telah memproduksi total 48 film layar lebar. Yang bercerita tentang Tora-san, karakter yang dicintai yang sangat tidak beruntung dalam cinta (Kasihan hehe). Setelah setiap petualangan dalam cerita seri Filmnya, Tora-san akan kembali ke toko dango keluarganya di Shibamata. Jadi jika kalian berkunjung ke sana, pastikan untuk mencoba dango! Dan disana pula kalian bisa mengunjungi ke Museum Tora-san, dimana kalian bisa melihat perfilman khas jaman kuno yang bisa kalian lihat.

Yanaka

Mungkin sedikit lebih terkenal di kalangan turis luar negri, Kalian akan menemukan jalan-jalan yang menyenangkan di Yanaka, hanya beberapa langkah dari Taman Ueno. Sebuah kombinasi menarik dari kafe yang bergaya kontemporer dan gerai ritel modern dan makanan kuno, perpaduan yang unik antara jaman lama dan baru.

Sudut kecil Tokyo ini masih berdiri karena entah bagaimana tempat ini selamat dari Gempa Besar Kanto tahun 1923, dan untungnya berhasil menghindari pemboman saat terjadi Perang Dunia II. Dengan suasana yang jauh lebih santai daripada tetangganya yang lebih metropolitan seperti Ueno, ini adalah pelarian yang mudah bagi mereka yang ingin beristirahat dari hiruk pikuk Kota Tokyo yang sibuk.

Cara terbaik untuk benar-benar menikmati saat berada di Yanaka adalah dengan berjalan-jalan di turunan jalan Yanaka Ginza, sebuah lingkungan belanja utama disana. Ini adalah rumah bagi berbagai gerai ritel pilihan, jajanan kedai tradisional, kios produk segar. Yang bisa kalian explore semuanya.

Jimbocho

Berputar dari tempat-tempat singgah di Universitas Meiji, Jimbocho telah dianggap sebagai lingkungan wajib masuk ke wishlist pergi-ke Tokyo bagi para kutu buku dari semua generasi sejak akhir tahun 1800-an. Di sebelah utara dari pekarangan Istana Kekaisaran di pusat Tokyo, dipinggir jalan-jalannya adalah rumah bagi sekitar 160-200 toko buku. Dan jika itu tidak cukup, daerah itu secara teratur menyelenggarakan pameran buku umum yang besar juga (waw). Astaga Kota kecil ini benar-benar penuh dengan buku!

Meskipun kebakaran besar pernah terjadi pada tahun 1913, membakar sebagian besar toko buku di daerah itu, Jimbocho bangkit kembali – sebagian pembangunan berkat dari penerbit, Iwanami Shoten—Dan sekarang lebih besar lagi, lebih baik dan lebih banyak kutu buku daripada sebelumnya (hahaha). Sebagian besar toko-toko yang Kalian temukan di sini berspesialisasi dalam novel Jepang (banyak yang bekas, dan bahkan yang sangat bekas), tetapi ada sejumlah toko yang menjual buku-buku yang menggunakan bahasa Inggris juga.

Noge

Yokohama adalah kota tetangga di sisi pelabuhan Tokyo, dan layak dikunjungi. Mungkin tidak setenar Osaka atau Kyoto, tetapi Yokohama sebenarnya adalah kota terbesar di Jepang setelah Tokyo, dan kota ini juga merupakan rumah bagi salah satu tempat nongkrong retro paling menarik (dan bagi yang menyukai minuman keras), yang dikenal sebagai Noge.

Terjepit di antara magnet turis Minato Mirai — distrik hiburan dan bisnis terbesar di kota — dan sudut penjelajahan Kannai yang memadati klub olahraga, Noge sedikit lebih membumi daripada salah satu tetangganya. Dikelilingi oleh rumah-rumah kecil, bar-bar, dan restoran-restoran unik, tempat ini memiliki pesona yang intim, yang sulit didapat di kota yang besar seperti Yokohama.

Kagurazaka

Jika Kalian merasa jenuh dengan kerumunan di Shinjuku, coba pergilah ke lingkungan terdekat yaitu Kagurazaka. Seperti Yanaka, bagian kota ini juga menghindari kerusakan struktural besar selama Gempa Bumi Besar Kanto, meskipun disini memiliki nuansa yang lebih berbau internasional. Hal ini disebabkan oleh dua sekolah Perancis di dekatnya,yang juga mempengaruhi beberapa restoran dan kafe di daerah tersebut.

Selain itu, Kagurazaka juga menawarkan perpaduan yang unik dari pengaruh budaya, karena kota ini pertama kali populer sebagai kawasan hiburan, dengan restoran Jepang kelas atas dan banyak rumah geisha, beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Berjalan ke setiap sudut jalanan dan Kalian akan menemukan izakaya boozy atau bar dengan musik jazz. Pada bulan Juli, Kagurazaka juga menjadi tuan rumah festival Awa Odori , yang selalu ramai pengunjung dan para turis.

Itulah beberapa tempat dengan gaya kuno dan historisnya, mungkin bisa jadi referensi bagi kalian yang menyukai hal-hal seperti itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *