Meski Jepang sudah mengumumkan status keadaan darurat nasional, rupanya warga masih banyak melakukan kegiatan non-esensial di luar rumah dan tidak menerapkan social distancing di Jepang sama sekali. Dilansir dari Japan Today, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengungkapkan kehawatirannya terhadap sikap masyarakat yang seharusnya mengikuti social distancing untuk melawan pandemi virus corona (COVID-19).
Sebelumnya, Abe juga meminta warga untuk mengurangi berbagai interaksi sosial hingga 80% sehingga dapat mengurangi percepatan penyebaran virus. Akan tetapi, survei menunjukkan bahwa warga tetap saja beraktivitas di luar. Mereka tetap memenuhi stasiun kereta api dan tempat perbelanjaan di mana masih banyak supermarket dan restoran yang buka. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran dan penularan virus corona, terutama kepada kaum lansia yang lebih rentan.
Padahal, kasus virus corona yang terkonfirmasi di Jepang telah melebihi angka 10.000 serta menyebabkan kematian lebih dari 250 jiwa, salah satunya adalah komedian kesayangan Jepang Ken Shimura.
Pada hari Rabu, Abe mengatakan bahwa rumah sakit di Jepang sudah kelebihan kapasitas dan infeksi virus harus segera diperlambat.
“Saya meminta kerja sama lebih dari kalian,” ucapnya.
Abe sendiri menghadapi banyak kritik karena dianggap terlalu lambat dalam menangani pandemi ini.
Namun, rupanya ada permasalah lain untuk penerapan social distancing di Jepang. Pemerintah sendiri tampak ragu-ragu untuk meminta bisnis-bisnis non-esensial untuk tutup sementara waktu, karena takut akan memengaruhi ekonomi. Sejauh ini, hanya Tokyo dan beberapa prefektur yang meminta penutupan bisnis sementara waktu. Itu pun tanpa ada penalti bagi yang tidak menjalankannya.
Tantangan berikutnya dalam menerapkan social distancing di negara tersebut adalah Golden Week pada awal Mei ini di mana biasanya warga Jepang berbondong-bondong pergi liburan.
The post Abe Minta Masyarakat untuk Lebih Menerapkan Social Distancing di Jepang appeared first on Japanese Station.