Satu dekade sudah upaya peningkatan kesehatan mental untuk hampir semua orang di Jepang diberlakukan, tetapi bagian “hampir” pada semua orang, menunjukkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Minggu ini, Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang merilis hasil akhir dari analisis statistik angka bunuh diri di negara Jepang selama 2019. Sementara topiknya selalu menyedihkan, setidaknya ada sedikit hal yang perlu dibanggakan dalam perubahan yang terjadi sejak tahun lalu.
Selama 2019, para peneliti mencatat 20.169 kasus bunuh diri yang dikonfirmasi. Meskipun tidak mencapai target angka kematian di bawah 20.000 orang yang diharapkan oleh kementerian, angka ini masih merupakan jumlah bunuh diri terkecil yang pernah terjadi di Jepang. Setidaknya sejak 1978, ketika statistik resmi mulai dicatat. Ini mewakili 671 lebih sedikit kematian yang diakibatkan oleh diri sendiri dari tahun sebelumnya, yang menghasilkan penurunan sebesar 3,2%. Ini juga merupakan pengurangan tahunan ke-10 secara berturut-turut, menandai peningkatan selama satu dekade dalam aspek kesehatan mental Jepang.
Diurutkan berdasarkan jenis kelamin, pria bertanggung jawab atas sebagian besar kasus bunuh diri, 14.078 berbanding 6.091 untuk wanita. Kedua penghitungan itu lebih rendah daripada tahun sebelumnya, dengan jumlah laki-laki turun 1,5% dan perempuan turun sampai dengan 7%.
Tentu saja, peningkatan ini tidak akan berarti banyak jika jumlahnya hanyalah hasil dari Jepang yang memiliki lebih sedikit orang secara umum karena penurunan berkelanjutan dari tingkat kelahiran. Namun, bukan itu masalahnya, karena para peneliti juga menemukan tingkat bunuh diri per 100.000 penduduk Jepang menurun selama 2019, sekali lagi untuk 10 tahun berturut-turut. Tingkat keseluruhan 16 bunuh diri per 100.000 orang adalah yang terendah, dan 9,4 per 100.000 perempuan adalah pertama kalinya rasio tingkat bunuh diri perempuan turun di bawah angka 10.
Dari segi usia, orang berusia 50-an dan 40-an tahun terus menjadi demografi bunuh diri terbesar, dengan 3.454 dan 3.426 kematian, masing-masing. Meskipun demikian, kedua kelompok usia tersebut memiliki lebih sedikit kematian, baik dalam jumlah total dan per 100.000 orang, dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berlaku untuk semua kelompok umur dengan satu pengecualian: bunuh diri di antara orang berusia 10 hingga 19 tahun naik selama 2019, baik dalam jumlah total dan rasio per 100.000 orang.
Meskipun sungguh menggembirakan melihat angka bunuh diri orang dewasa terus menurun di Jepang, sebuah negara di mana perasaan kegagalan profesional dan membebani keluarga bagi individu adalah sumber umum depresi, sangat mengkhawatirkan melihat situasi yang memburuk, dengan jumlah berapa pun, di antara mereka yang masih berada di tahap awal kehidupan mereka. Semoga Jepang dapat terus menemukan cara untuk menangani masalah yang mendorong orang dewasa untuk mengakhiri hidup mereka sambil juga membantu mereka yang lebih muda. Yang tentu saja diperlukan banyak dukungan dari berbagai pihak.
Jika kalian atau seseorang yang kalian kenal sedang berada di Jepang dan memiliki pikiran untuk bunuh diri, tersedia tim yang siap siaga untuk membantu. Klik di sini untuk info lebih lanjut.
The post Angka Bunuh Diri Wanita Jepang Menurun ke Titik Terendah dalam Sejarah appeared first on Japanese Station.