Tingkat kelahiran dan hamil yang rendah itu berita yang sangat sering datang dari Jepang. Namun survey oleh Rohto telah menemukan bahwa para pasangan Jepang ternyata akhir-akhir ini memutuskan untuk memiliki anak lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.
Survei tahunan bertanya kepada 24.992 pria dan wanita berusia antara 18 dan 70 tahun sejumlah pertanyaan terkait pernikahan dan kehamilan, dan inilah hasil temuannya.
Pertama, pasangan berusaha untuk hamil lebih awal. Pada 2018, 23,4 persen pasangan usia 24-29 mengatakan mereka ingin mulai memiliki anak; tetapi pada 2019, persentase itu melonjak menjadi 28,6 persen. Itu berarti lebih dari satu dari empat pasangan Jepang ingin memiliki anak sementara mereka masih berusia 20-an.
Rata-rata usia hamil juga berubah dari 32,3 menjadi 32,1 tahun.
Pasangan dalam survei juga ingin menikah lebih awal. Pada 2018, 38,5 persen pasangan mengatakan mereka ingin menikah antara usia 25-29 pada 2018, tetapi itu meningkat menjadi 41,4 persen dalam survei terbaru. Hampir sepertiga mengatakan mereka ingin memiliki anak sementara mereka masih berusia 20-an juga.
Survei tersebut juga mengungkapkan langkah-langkah yang diambil oleh pasangan yang sedang hamil untuk meningkatkan peluang kehamilan. 14,7 persen mengatakan mereka mengurangi kafein, 11,7 persen menjaga tubuh mereka etap hangat, dan 15,5 persen berusaha untuk mendapatkan olahraga yang cukup.
Salah satu alasan terbesar perubahan sikap ini adalah lebih banyaknya pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil. Menunggu sampai nanti dalam kehidupan untuk memiliki anak, penurunan aktivitas seksual seiring bertambahnya usia, dan jadwal pasangan yang tidak stabil adalah kontributor yang sangat nyata untuk kesulitan-kesulitan ini. Itu mungkin mengapa lebih banyak pasangan yang merasa dikejar oleh waktu. Atau melihat situasi saat ini, bisa juga akibat banyaknya waktu luang akibat berbagai penutupan.
Sumber: Soranews