Hasil penelitian Kabinet Jepang yang diterbitkan baru-baru ini berisikan beberapa statistik bunuh diri yang meresahkan. Menggunakan data yang dikumpulkan selama 2019, ada 659 kasus bunuh diri di kalangan penduduk berusia 10-19 tahun, meningkat 60 kasus dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini meningkatkan angka bunuh diri per 100.000 orang dalam kelompok usia 10-19 tahun menjadi 3,1, peningkatan tahunan sebesar 0,3 dan rekor tertinggi sejak statistik tersebut mulai dicatat (sebagai catatan tambahan, bahasa Jepang tidak memiliki kata untuk “remaja”. Itulah mengapa demografis disebut sebagai 10-19). Poin penting lainnya dari laporan tersebut: bunuh diri adalah penyebab utama kematian di antara warga Jepang yang berusia 15-39, dan jika dibandingkan dengan statistik WHO, Jepang adalah satu-satunya negara ekonomi maju di mana bunuh diri adalah penyebab utama kematian di antara mereka yang berusia 15-34 tahun.
Bunuh diri menjadi penyebab utama kematian di kalangan remaja dan dewasa Jepang bukanlah situasi yang sama sekali baru bagi Jepang. Negara ini telah lama memiliki tingkat kejahatan kekerasan dan kekerasan jalanan yang sangat rendah, dan transportasi umum yang sangat aman mengakibatkan lebih sedikit kecelakaan lalu lintas, yang merupakan penyebab kematian yang sering tinggi di antara demografi muda dan sehat di negara lain. Faktor lainnya adalah sistem perawatan kesehatan Jepang yang ekstensif dan asuransi kesehatan nasional, menyebabkan rendahnya penyakit sebagai penyebab kematian demografi tersebut.
Dengan mempertimbangkan semua faktor, bunuh diri yang menjadi penyebab utama kematian dalam demografis 15-39 bukan hanya tanda tingkat bunuh diri yang tinggi, tetapi juga keselamatan dan keamanan hidup di Jepang yang mengurangi kemungkinan kematian karena faktor lain. Laporan itu juga menunjukkan bahwa angka bunuh diri secara keseluruhan turun di Jepang pada 2019, turun 671 menjadi total 20.169, dengan penurunan di semua kelompok usia di luar 10-19 tahun.
Namun, seiring kemajuan dalam keselamatan transportasi dan pengetahuan medis yang terus diupayakan, pemerintah juga ingin mencari cara untuk menurunkan jumlah kasus bunuh diri. Ini adalah masalah yang sangat mendesak karena statistik dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan dan Badan Kepolisian Nasional telah menunjukkan peningkatan kasus bunuh diri setiap bulan dari Juli hingga Oktober pada 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2019, dengan para ahli mengutip masalah sosial dan emosional. Isolasi selama pandemi berkontribusi pada peningkatan jumlah bunuh diri di kalangan remaja.
Sumber: Soranews