Masa pandemi coronavirus sangat berdampak terhadap segala sektor industri, termasuk industri pernikahan. Dari survei kelompok industri pernikahan nasional Jepang, terungkap sekitar 170.000 acara pernikahan tertunda atau dibatalkan sejak bulan Maret hingga September 2020. Kerugian yang didera para pelaku industri ini total telah mencapai 600 miliar yen dalam jangka waktu tersebut.
Survey ini juga mencatat bahwa penyewaan aula pernikahan pada bulan April hingga Juni 2020 telah menurun hingga 10% dari persentase rata-rata tahun lalu. Target pemasaran yang tercapai dari penyewaan aula untuk pernikahan ini hanya mencapai 42%. Sekitar 170.000 acara pernikahan terpaksa ditunda atau dibatalkan, lebih dari setengah dari 300.000 pasangan yang diprediksi menikah pada Maret hingga September tahun ini,
Asosiasi Promosi Budaya Pernikahan Jepang menjadi penyelenggara survei ini, dimana mereka memberikan kuesioner kepada 106 pemilik aula pernikahan di seluruh Jepang. Survei ini dilakukan demi mengukur tingkat dampak dari pandemi coronavirus terhadap ekonomi para pelaku industri pernikahan di seluruh Jepang.
Demi mendukung pasangan yang terpaksa menunda atau membatalkan acara pernikahan, sejumlah daerah memberikan penawaran paket pernikahan murah, seperti yang dilakukan Prefektur Saga. Pemerintah Prefektur Saga menawarkan paket pernikahan seharga 100.000 yen (13,8 juta rupiah) untuk setiap pasangan dengan tambahan 5.000 yen untuk dekorasi bunga yang dapat dibeli di tempat. Sekitar 217 pasangan telah mengirimkan aplikasi kepada pemerintah prefektur ini demi melancarkan prosesi suci mereka.
Dengan makin tak jelasnya kapan pandemi ini berakhir, pelaku industri pernikahan kini harus putar otak demi menyelamatkan masa depan bisnis mereka. Hal ini juga perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena industri pernikahan juga menjadi salah satu industri yang paling besar terkena dampak setelah industri percetakan, makanan & minuman, dan pariwisata.
Sumber: NHK