Berbeda dengan manga Jepang, komik Amerika dibuat oleh beberapa orang sekaligus sehingga memiliki kisah yang berbeda-beda walaupun karakternya sama. Karena praktik tersebut, seorang superhero bisa saja memiliki beberapa origin dan kisah sekaligus. Mulai dari yang mirip-mirip hingga yang berbeda 180 derajat.
Alih-alih menyatukan semua kisah menjadi satu timeline, pihak studio biasanya malah menciptkan universe baru untuk setiap kisah baru yang mereka buat. Dari situ lahirlah istilah multiverse yang kata-katanya diambil dari teori multiversum. Pada komik DC, mereka memiliki The Flash sebagai tokoh sentral yang terlibat multiverse, di Marvel mereka miliki Spider-Man dengan kisah Spider-Versenya.
Semua Dimulai dari Miles Morales
Spider-Man: Into the Spider-Verse mengambil sudut pandang Miles Morales (Shameik Moore) yang dibuat oleh Brian Michael Bendis dan Sara Pichelli. Miles adalah tipikal black American yang hidup dan bersekolah di Brooklyn. Sang ayah adalah seorang polisi, sedangkan sang ibu adalah perawat di sebuah rumah sakit.
Miles masuk ke sekolahan elit yang menjadikan dirinya terasing dan tidak memiliki teman. Hal ini masih diperburuk dengan perilakunya yang nerd berat dan tugas tanpa akhir dari sekolahnya. Karena merasa jenuh, Miles kerap kabur dari asramanya untuk bertemu dengan sang paman Aaron Davis (Mahershala Ali).
Suatu malam, Aaron mengajak Miles membuat graffiti di stasiun kereta. Saat sedang mengemasi barang-barangnya, Miles secara tidak sengaja tergigit laba-laba mutan yang mirip dengan laba-laba yang menggigit Peter Parker.
Efek gigitan tersebut tidak langsung terasa, tetapi pada hari berikutnya Miles mengalami gejala yang sama dengan Peter ketika mendapatkan kekuatan Spider-Man. Dia bisa menempel di dinding, memiliki reaksi yang sangat cepat, dan melompat lebih tinggi dari orang normal. Masalahnya, Miles tidak bisa mengendalikan kekuatannya secara penuh, sehingga dia menimbulkan berbagai kekacauan di sana-sini.
Pada akhirnya Miles tetap tidak berhasil mengendalikan kekuatannya, sampai akhirnya dia bertemu dengan Peter Parker, seorang Spider-Man senior yang sudah melindungi kota selama 10 tahun.
Sampai di sini kami tidak bisa melanjutkan cerita dari Spider-Man: Into the Spider-Verse, agar tidak terjadi spoiler. Sebagai gantinya kami akan memberikan berbagai penilaian yang menyebabkan kami memberikan Spider-Man: Into the Spider-Verse sebagai film superhero terbaik tahun ini.
CONTINUE READING BELOW
Materi Cerita dan Hiburan yang Lengkap
Kisah Spider-Man: Into the Spider-Verse bergulir layaknya sebuah pesta gila-gilaan para penulis Marvel yang mabuk sepanjang 117 menit. Ceritanya dibuat berjalan tanpa batasan dan pakem apapun, sehingga bisa menabrak dan menerabas semua tembok yang ada di depannya. Rasanya seperti menyaksikan emak-emak naik motor matic yang ngesen ke kiri, tapi dia malah ngedrift ke kanan, sambil melambaikan tangan yang bertato “Tut Wuri Handayani”.
Bisa dibilang Spider-Man: Into the Spider-Verse meningkatkan standar kualitas film animasi superhero layar lebar melebihi apapun. Kami tidak pernah menemukan film animasi superhero dengan kualitas dan konten sebaik ini. Bahkan pada serial animasi DC yang biasanya memiliki kualitas jauh di atas Marvel.
Sebenarnya kualitas tersebut didapatkan karena Spider-Man: Into the Spider-Verse memiliki semua elemen yang dibutuhkan sebuah film superhero modern. Kamu akan menemukan jalan cerita yang mudah dicerna, perkembangan karakter yang menarik, twist yang sangat oke, berbagai lawakan yang mengocok perut, dan animasi yang ciamik. Pokoknya komplit!
Kualitas voice acting yang ditawarkan oleh Spider-Man: Into the Spider-Verse tergolong sangat oke. Suara Shameik Moore yang mengisikan Miles sudah sangat pas, sementara itu Jake Johnson yang kebagian Peter B. Parker, menyumbangkan suaranya dengan sangat prima. Bahkan hanya dengan mendengarkan nada suara dan intonasinya, kamu bisa merasakan betapa cuek dan malasnya karakter tersebut.
Kesimpulan Akhir
Mungkin judul review film kali ini sedikit berlebihan, tapi film Spider-Man: Into the Spider-Verse memiliki banyak kelebihan dibandingkan deretan film superhero yang tayang tahun ini. Bisa dibilang film ini melebihi segala ekspektasi kami, bahkan melewati level Aquaman yang baru saja turun ke bioskop di Indonesia.
Dengan kualitas yang dimilikinya, maka tidak salah Spider-Man: Into the Spider-Verse kami ganjar dengan nilai 5 dari 5 bintang. Time to swing, just like I taught you.