Badan Kepolisian Nasional Jepang atau disebut Keisatsu-chou mencatat bahwa 1.805 perempuan di Jepang ditemukan meninggal dunia akibat dari bunuh diri pada bulan September 2020. Angka ini meningkat 143 jiwa dari periode yang sama pada tahun lalu. Sejak bulan Juli 2020, angka korban bunuh diri berangsur naik dan Jepang sedang menganalisis kasus ini dari faktor pandemi.
Keisatsu-chou juga melaporkan bahwa sekitar 1.166 laki-laki meninggal dunia akibat dari bunuh diri pada bulan September 2020. Dari klasifikasi per prefektur, angka tertinggi korban bunuh diri terjadi di Metropolis Tokyo (194 jiwa). Peringkat kedua diduduki Prefektur Saitama dengan korban 110 jiwa, posisi ketiga diduduki Prefektur Aichi dengan 109 jiwa, dan posisi keempat diisi Prefektur Kanagawa dengan jumlah korban 95 jiwa.
Perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Sosial Jepang mengatakan bahwa angka korban jiwa akibat dari bunuh diri berangsur naik sejak bulan Juli lalu. “Kami belum mengetahui penyebab secara mendetailnya, namun kami akan menanganinya dengan serius”. Pihak kementerian juga menyarankan kepada setiap warga bahwa untuk berkonsultasi dengan orang-orang terdekat, organisasi pendukung, dan pemerintah lokal tanpa harus mengkhawatirkan hal lainnya. Kemudian, pihak kementerian juga mengisyaratkan untuk melaporkan individu ke pihak berwajib jika dirasa terjadi perubahan mental dalam menjalani kesehariannya. Pihak kementerian juga menyediakan situs konsultasi Shienjoho.go.jp yang menerima konsultasi via e-mail, media sosial, fax dan telepon.
Di awal tahun 2020, data dari kepolisian mencatat bahwa terjadi penurunan korban bunuh diri Jepang di tahun 2019. Angka korban bunuh diri di tahun tersebut mencapai 19.959 jiwa, dimana terjadi penurunan sekitar 4,2% dari tahun sebelumnya. Angka tersebut menjadi rekor terendah jumlah korban bunuh diri di Jepang sejak tahun 1978.