Pengadilan Distrik Osaka telah mengetuk palu terkait kasus pembajak “Haruka Yume no Ato” yang memberatkan penerbit Kodansha. Penerbit yang bermarkas di Bunkyou, Tokyo ini berhasil memenangkan pengadilan dan meraih 160 juta yen dari kasus ini. Tiga pengelola situs pembajak manga ini telah terbukti bersalah sejak Januari lalu, dan pengadilan menolak banding mereka.
Pada pemvonisan Januari lalu, tiga orang tersangka yang juga pengelola situs pembajak ini menerima vonis yang berbeda. Ketiga tersangka masing-masing dijatuhi hukuman penjara 3 tahun 6 bulan, 3 tahun, dan 2 tahun 4 bulan. Pada Juli 2019, Kodansha melayangkan gugatan penggantian kerugian sebesar 160 juta yen kepada tiga tersangka.
Pernyataan resmi dari Kodansha
Perwakilan dari Kodansha juga menyatakan,”Keputusan ini, bersamaan dengan kasus kriminal tersebut, adalah indikasi yang penuh arti dari betapa anti sosial dan berbahayanya tindakan dari pelanggaran hak cipta serta pengoperasian situs pembajakan ilegal tersebut. Kami akan terus aktif untuk meminta pertanggungjawaban kepada operator situs-situs pembajakan untuk mencegah penyebaran dan berkembangnya kerugian akibat pembajakan.
Pada Oktober 2017, sembilan anggota kepolisian di Jepang melakukan kerja sama untuk menangkap sembilan terduga yang melanggar hukum hak cipta. Kesembilan terduga diketahui adalah staf-staf pengurus situs Haruka Yume no Ato, situs leecher terbesar di Jepang. Walaupun situs ini tidak ilegal di mata hukum, para operatornya diringkus akibat dari distribusi media bajakan yang dimana situs ini menyajikan tautan untuk mengunduhnya. Penerbit seperti Kadokawa, Kodansha, Shueisha, Shogakukan, Square Enix, dan Hakusensha bekerja sama dalam kasus ini.
Dalam laporan jurnal bisnis terakhir, kasus pelanggaran hak cipta ini telah merugikan penerbit hingga 73,1 miliar yen. Pada Oktober 2018, Bunkachou atau agensi yang menangani masalah budaya di bawah Kementerian Pendidikan dan Budaya Jepang, berniat untuk melarang kegiatan situs leecher melalui revisi dalam undang-undang Hak Cipta Jepang pada tahun ini.
Romi Hoshino yang tiba di Jepang September lalu
Pada September lalu, Romi Hoshino yang dikenal sebagai pengelola situs manga ilegal Manga-Mura digelandang ke Kepolisian Prefektur Fukuoka. Setelah tiba di Jepang pasca proses deportasinya dari Filipina, ia akan menjalani interogasi lebih lanjut di Fukuoka seiring dengan perkembangan kasusnya. Pasca ditutupnya situs ini, tingkat penjualan manga secara legal kian naik.
Sumber: ANN, Animation Business Journal, IT Media