Pada zaman dahulu kala, ada seorang lelaki tua kaya bernama Hikaru tinggal di sebuah desa di Jepang. Rumah Hikaru berdiri di balik kuburan, dikelilingi oleh taman yang indah. Hikaru adalah orang yang sopan dan ramah, tidak pernah berlaku jahat pada siapapun, tetapi dia tidak pernah menikah. Dia hidup sendiri, ia jarang pergi ke desa, dan akhirnya membuat tetangganya bergosip tentang dirinya.
“Dia aneh,” bisik para tetangga wanita. “Kelihatannya dia terlalu egois untuk menikah.”
“Dia pasti gila,” gumam para lelaki.
Rumor tentang Hikaru menyebar jauh dan luas.
Kenyataanya adalah Hikaru jauh dari apa yang orang-orang katakan tentangnya. Dia hanya memiliki kisah cinta yang tragis. Bertahun-tahun sebelumnya, dia mencintai seorang gadis bernama Akiko. Akiko ada gadis yang cantik dan baik, secantik angin musim panas, semanis pir musim semi. Hikaru hidup setiap hari dengan rasa ingin selalu bertemu Akiko, dan setiap kali dia melakukannya, dia merasa seolah-olah sedang merayakan hari bahagia. Hikaru tidak sabar menunggu sampai Akiko cukup dewasa untuk menikah. Dia terus memimpikan kehidupan yang akan mereka jalani bersama.
Tetapi suatu hari, Akiko jatuh sakit, dan sayangnya, dia meninggal.
Hikaru sangat sedih dan memutuskan untuk pindah ke rumah di belakang kuburan tempat Akiko dimakamkan. Setiap hari, dia datang ke makam Akiko. Setiap hari dia berdoa. Dia membawakan bunga ke makam. Dia hidup dalam ingatannya tentang hari-hari ketika dia bahagia bersama Akiko.
Waktupun berlalu. Hampir semua orang yang tahu tentang kebenaran cerita Hikaru telah menjadi tua, dan setelah beberapa saat, hanya sedikit yang mengingat Akiko. Saat itulah cerita-cerita palsu mulai menyebar. Saat itulah anak-anak di desa mulai percaya bahwa Hikaru adalah pria tua yang gila. Mereka berhati-hati agar tidak berjalan terlalu dekat dengan Hikaru, dan ketika mereka harus melewati rumahnya, mereka berlari secepat mungkin. Ketika mereka melihat Hikaru di toko-toko atau di jalan atau di pasar, mereka bergegas pergi, atau berbisik di belakang punggungnya.
Suatu hari, ada seorang bocah lelaki bernama Kyoshi yang memiliki hati yang murni sehingga dia tidak pernah percaya pada rumor yang beredar. Kyoshi hanya bertanya-tanya kenapa pria ini terlihat sangat sedih, dan dia ingin melihatnya tersenyum. Beberapa kali dia berjalan melewati rumah Hikaru dan melambaikan tangan, berharap Hikaru akan melihat. Tetapi Hikaru tidak pernah melihat.
Pada malam tahun baru, tepat setelah tengah malam, Kyoshi berdandan dan mempersiapkan diri untuk Hatsumode, perjalanan ke kuil pada awal tahun baru. Disana dia berencana berdoa untuk hal-hal baik di tahun mendatang.
Saat dia hendak memasuki kuil, dia melihat sesuatu yang membuat napasnya terengah-engah. Udara di luar terasa dingin, angin bertiup kencang, bulan cerah, tetapi di sana, di pintu kuil melayang-layang seekor kupu-kupu putih, sayapnya berkilau cerah.
Kyoshi tersentak, “Bagaimana kamu bisa berada di sini di saat musim dingin?” tanyanya pada kupu-kupu itu.
Kupu-kupu itu terbang menjauh, dan Kyoshi bergegas pulang. Ketika dia terburu-buru masuk ke rumah, ibunya menatapnya. Rambutnya berantakan, pipinya merah, dan dia kehabisan napas.
“Anakku!” ibunya berteriak. “Apa yang terjadi?”
“Ibu tidak akan percaya ini,” dia menjelaskan sambil berusaha mengatur napasnya. “Aku juga tidak akan percaya kalau aku tidak melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Ada kupu-kupu putih di luar kuil.”
Ketika ibunya mendengar apa yang dikatakan Kyoshi, dia juga hampir kehilangan napas.
“Apakah kau yakin, nak?” dia bertanya.
“Ya, ya!”
Ibunya langsung meraih tangannya. “Ayo, kita harus segera pergi menemui Hikaru.”
Kyoshi menjadi sangat penasaran. Dia belum pernah mendengar ibunya berbicara tentang Hikaru, dan dia tidak bisa membayangkan alasan kenapa ibunya ingin pergi kesana sesegera mungkin. Mungkin ibunya hanya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada lelaki tua itu, tetapi mengapa? Dan apa hubungannya dengan kupu-kupu?
“Kenapa, Bu? Ada apa?” Kyoshi bertanya ketika mereka berjalan melewati kuburan, menuju ke rumah Hikaru.
“Tunggu, kita akan lihat,” ibunya menyuruhnya diam.
Mereka mengetuk pintu rumah Hikaru. Setelah menunggu lama, mereka mendengar langkah kaki perlahan mendekat. Ketika akhirnya pintu terbuka, Kyoshi tersentak. Hikaru sepucat hantu, begitu kurus dan rapuh.
“Hikaru,” kata ibunya, “ayo, kita harus menempatkanmu di tempat tidur.”
Pria malang itu sekarat, dan begitu dia berbaring, dia terlihat seperti tertidur. Tetapi tepat pada saat itu, yang membuat Kyoshi lebih bingung lagi, kupu-kupu putih muncul di ruangan itu. Kupu-kupu itu melayang di atas Hikaru, dan Kyoshi mencoba untuk mengusirnya.
“Itu ada!” dia berteriak kepada ibunya. “Kupu-kupu!” Sekali lagi dia mengusirnya dengan mengipaskan tangannya, tetapi kupu-kupu itu hanya menyingkir sebentar, melayang di sekitar ruangan, dan kembali terbang ke tempat tidur. Kemudian kupu-kupu itu mendarat di bantal, di samping kepala Hikaru.
Sekali lagi Kyoshi mencoba mengusirnya, tetapi sekali lagi kupu-kupu itu kembali. Kali ini, bermaksud untuk menjaga agar lelaki tua yang malang itu tetap merasa nyaman, Kyoshi membuka pintu, dan membimbing kupu-kupu itu ke luar.
Kupu-kupu itu terbang menuju pemakaman, dan Kyoshi mengejarnya, sampai akhirnya kupu-kupu itu mendarat di sebuah batu nisan.
Kyoshi merangkak mendekat perlahan-lahan dan menyapu tulisan di batu nisan tersebut. Dia menyipitkan mata dan membacanya. Akiko. “Apa yang kamu lakukan di sini?” dia bertanya pada kupu-kupu.
Namun sesaat kemudian kupu-kupu itu menghilang.
Bingung, Kyoshi kembali ke rumah Hikaru. “Ibu,” katanya ketika dia berlari masuk, “kupu-kupu itu menghilang.”
Dia melihat ibunya menangis. “Hikaru telah meninggal,” kata ibunya.
Mata Kyoshi melebar. “Dan kupu-kupu itu hilang,” katanya. “Ibu, ada misteri yang terjadi disini…”
Ibunya meraih tangannya dan menceritakan kisah cinta Hikaru kepada Kyoshi. Dia telah mendengar kisah itu ketika dia masih muda, dan kemudian dia melupakannya. Tetapi begitu dia mendengar Kyoshi berkata tentang munculnya kupu-kupu putih di musim dingin, dia ingat.
“Akiko adalah cinta dalam hidupnya,” katanya pada Kyoshi. “Tapi sudah 50 tahun sejak Akiko meninggal. Pada hari dia meninggal, Hikaru bersumpah dia tidak akan pernah menikah, dan seperti yang kau tahu, dia menepati janjinya. Kuharap aku tidak pernah lupa cerita ini.”
Kyoshi mendengarkan, dan air mata jatuh dari matanya. “Dia bukan seperti yang orang-orang katakan,” katanya pelan.
Ibunya menggelengkan kepalanya. “Tidak, dia hanya setia.”
“Dan kupu-kupu itu adalah hantu Akiko,” kata Kyoshi, menundukkan kepalanya. “Dan mulai sekarang mereka akan bersama selamanya. Hadiah Tahun Baru yang indah.”
The post Kupu-Kupu Putih, Legenda Cinta Jepang yang Tragis appeared first on Japanese Station.