Seharusnya bukan berita baru kalau mengatakan Jepang itu surga bagi pelanggan tapi neraka bagi pekerja. Persentase dari pekerja Jepang yang menggunakan hari cuti mereka adalah 51,1 % pada tahun 2011 dan tren ini masih terus berjalan.
Kecilnya penggunaan cuti dibandingkan dengan negara berkembang lain didasari alasan seperti kesibukan setelah libur, tekanan atasan, prospek promosi, dan potensi mengganggu lingkungan kerja. Jepang memang dipuji memiliki tenaga kerja yang etos kerjanya bagus, tapi mereka juga memiliki kata khusus untuk kematian akibat kebanyakan bekerja: “Karoshi”.
Pada April 2019 terdapat legislasi yang memerintahkan pekerja yang memiliki lebih dari 10 hari cuti per tahun minimal menggunakan 5 hari cuti. Melihat legislasi ini baru saja diimplementasi efeknya masih belum jelas dan sebuah perubahan budaya dalam menggunakan cuti harus dilakukan.
Perusahaan organizer Ningen bekerjasama dengan biksu Takurou Sayama dari kuil Sainenji Tokyo untuk melakukan upacara yang menekankan pentingnya menggunakan hak cuti. Upacara ini bernama Yuukyuu Jouka (Penyucian Cuti). Upacara dilakukan untuk menghilang stigma dari cuti dengan membuat orang-orang berpikir bahwa cuti memiliki jiwa, dan diharapkan mereka akan lebih paham bahwa cuti adalah sesuatu yang boleh dihamburkan.
Biksu akan mengadakan upacara sambil mengucapkan doa dengan cahaya 300 lentera, yang mewakili jiwa-jiwa dari hari cuti yang tidak digunakan. Setiap lentera akan dicetak dengan kisah insiden yang sangat menyedihkan, dengan pesan yang dipilih dari kiriman survey online yang dibuka hingga 15 November.
Survei singkat yang dilakukan oleh penyelenggara mengungkapkan contoh-contoh insiden penyesalan berikut:
“Anak perempuan saya menangis karena saya menunda pesta ulang tahun prasekolahnya dari Mei hingga Desember (Wanita berusia 30-an)
“Ketika saya mendorong hamburger ke mulut saya di lapangan golf di Houston [untuk urusan bisnis], anak pertama saya lahir (Pria berusia 30-an)
“‘ Apa yang lebih penting bagimu, temanmu atau perusahaanmu !!! ’aku berteriak pada temanku. “Maaf, saya tidak bisa memilih,” kata mereka. Kemudian, setelah lama terdiam, seperti sesuatu dari acara kuis TV, mereka berkata, ‘Perusahaan saya,’ dan saat itulah saya kehilangan teman saya. “(Pria berusia 20-an)
Lentera yang menerima stiker terbanyak akan diberikan sertifikat “Registrasi Cuti Emas”.
Juga akan ada sejumlah lentera biasa di acara yang akan digunakan pengunjung untuk mengekspresikan pesan kesedihan pribadi mereka. Ini kemudian dapat difoto dan dibagikan di media sosial, untuk lebih menyebarkan kesadaran tentang kesedihan yang dapat terjadi karena tidak menghormati cuti yang merupakan hak mereka.
Menambah elemen spiritual adalah pembagian “yasumikuji” gabungan “yasumi”, yang berarti liburan, dan “omikuji”, ramalan yang dijual di kuil. Yasumikuji ini bertuliskan lima ide untuk hal-hal yang bisa dilakukan pada liburan cuti lima hari, termasuk mengunjungi kakek-nenek dan menikmati taman hiburan pada hari kerja.
Sumber: Soranews