Pemerintah Jepang telah merilis laporan tahunan yang menunjukan tingkat kematian warga Jepang akibat dari bunuh diri pada Selasa kemarin. Tingkat bunuh diri pada remaja tahun kemarin sangat mencemaskan dimana penyebab tertinggi akibat masalah sekolah. Remaja berusia 10-19 tahun menjadi perhatian utama dalam laporan ini.
Dari 568 jiwa dalam kelompok usia muda yang mengakhiri nyawanya tahun lalu, 188 jiwa terkait dalam masalah sekolah, kemudian dilanjutkan dengan masalah kesehatan sebanyak 119 jiwa dan masalah keluarga sebanyak 116 jiwa. Tingkat insiden bagi kelompok usia dibawah 20 telah naik hingga 0,2% dari tahun sebelumnya menjadi 2,8% pada tahun 2018. Ini merupakan rekor tertinggi sejak laporan ini mulai dikeluarkan pada tahun 1978.
Jumlah kasus bunuh diri di Jepang sendiri telah turun sebanyak 481 kasus menjadi total 20.848 kasus pada tahun 2018, namun dalam kelompok umur di bawah 20 tahun grafiknya relatif datar. Diantara siswa sekolah dasar, kasus bunuh diri didominasi faktor keluarga. Di kelompok umur yang lebih tua, faktor utama dari bunuh diri oleh siswa adalah prestasi akademik yang tidak memuaskan. Sementara itu di kalangan siswi, faktor utama penyebab bunuh diri didominasi perselisihan dengan orang tua. Dalam kelompok siswa-siswi sekolah menengah atas, alasan depresi menjadi penyebab tertinggi kasus bunuh diri.
Go Kasai, Ayah dari Rima Kasai, siswi yang mengakhiri hidupnya akibat kasus bullying
“Kami akan melakukan berbagai cara untuk mencapai sebuah masyarakat dimana tidak ada yang terpojokan hingga sampai mengakhiri hidup mereka dengan bekerjasama bersama kementerian dan lembaga pemerintah.”, ucap Menteri Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang Takumi Nemoto dalam konferensi pers.
Diantara motivasi untuk melakukan hal ini di Jepang dari semua umur, faktor utama didominasi masalah kesehatan, kemudian diikuti masalah ekonomi, tempat tinggal dan keluarga. Langkah komprehensif pemerintah untuk menekan angka insiden mulai dilakukan pada 2017, dengan target untuk mengurangi tingkat bunuh diri kurang dari 13% pada tahun 2026.
Sumber: Japan Times, Japan Today