Duniaku.net – Nama Luc Besson kerap diingat orang berkat film Lucy yang menghadirkan Scarlett Johansson sebagai seorang manusia yang mampu menggunakan otaknya hingga 100 persen. Film itu mendapatkan penilaian yang biasa saja, tetapi meledak di Indonesia karena sosok Scarlett Johansson yang memerankan Black Widow di MCU.
Tahun ini Luc Besson kembali menelurkan sebuah film. Tema yang diangkat sedikit berbeda dengan Lucy atau Valerian and the City of a Thousand Planets yang futuristis. Dalam film tersebut Luc Besson mengangkat sosok Anna, seorang mata-mata Rusia yang ingin hidup bebas dan merdeka sebagai dirinya sendiri.
Anna dan Pesonanya
Seperti yang kami sebutkan di atas, Anna (Sasha Luss) adalah seorang mata-mata KGB yang bekerja sebagai “honey trap” bagi target-target penting yang harus dimusnahkan oleh KGB. Dalam menjalankan aksinya, Anna adalah agen yang sangat kuat dalam pertarungan tangan kosong atau menembak. Gabungkan semua itu dengan pesona yang dimiliki Anna, maka kamu akan mendapatkan mesin pembunuh yang super menarik.
Keseharian Anna sangatlah bertolak belakang dengan kegiatan KGB. Dia adalah model majalah ternama yang nama melambung sangat cepat. Dalam waktu enam bulan dia sudah menjadi model nomor satu di ageny tempat dia bernaung.
Semua berjalan lancar-lancar saja, tapi Anna sebenarnya sangat menginginkan kebebasan. Dalam perekrutan oleh Alex (Luke Evans), Anna dijanjikan kebebasan setelah dia mengabdi selama lima tahun. Sayang janji tersebut dimentahkan oleh panglima tertinggi KGB, Vassiliev (Erick Godon).
Melihat masa depannya yang suram di KGB, Anna akhirnya memutuskan untuk mencari cara untuk keluar dari KGB. Apa yang akan dilakukan oleh Anna untuk mencapai hal tersebut? Well, kami tidak bisa bercerita banyak, sebab hal tersebut akan memunculkan spoiler di dalam review.
Bukan yang Pertama
Film ini diumumkan pertama kali pada Oktober 2017. Padahal di tahun yang sama kamu bisa menyaksikan Atomic Blonde yang diperankan oleh Charlize Theron. Setahun kemudian, kamu disuguhi Red Sparrow yang diperankan oleh Jennifer Lawrence.
Seharusnya Luc Besson kembali ke meja gambarnya setelah melihat kedua film tersebut, apalagi sebenarnya Besson juga pernah melakukan hal yang sama di La Femme Nikita di tahun 1990. Tapi apa yang terjadi di lapangan justru berkebalikan, Anna tetap dirilis dan jujur saja kami menyukainya.
Kami memang menyukai plot yang ada di Red Sparrow, tapi sejatinya film itu tampil membingungkan dengan berbagai elemen yang dipaksakan. Bisa dibilang, di sepanjang film kami hanya disuguhi berbagai plot yang terus melaju lurus tanpa penjelasan hingga akhirnya mencapai finale. Gaya ini memang menantang, tetapi sulit diikuti para penikmat film pemula.
Pada film Anna, Besson menyuguhkan plotnya secara runut. Bahkan kita diajak maju mundur untuk menjelaskan mengapa hal ini dan itu terjadi. Event maju mundur tersebut menjadi sebuah permainan kecil bagi para penulis review yang biasanya sangat tajam dalam mengira-ngira akhir sebuah film. Kami dibuat menebak-nebak apa yang mungkin terjadi terhadap Anna melalui berbagai petunjuk kecil yang disebar sepanjang film.
Penjabaran yang gamblang menjadikan Anna sebagai film yang jauh lebih ringan dari ketiga film yang kami sebutkan di atas. Saking ringanya kamu tidak perlu melakukan analisa apapun ketika menyaksikan film ini, kecuali kalau kamu senang menebak-nebak seperti apa yang kami lakukan di sepanjang film.
Kesimpulan
Anna adalah sebuah film yang sangat mengasyikkan untuk diikuti. Film ini mengajarkan beberapa hal, salah satunya adalah jangan pernah mengandalkan orang lain untuk mencari apa yang terbaik bagi dirimu, karena hanya dirimulah yang bisa mengubah jalan pikiran dan nasibmu.
Anna kami ganjar dengan nilai 3 dari 5 bintang, dan film ini akan tayang saat midnight mulai hari ini 22 Juni 2019 di berbagai jaringan bioskop tanah air.