Kembali bersama saya BlueHeaven dalam ulasan anime musim dingin tahun 2020. Kali ini kita akan membahas anime yang bergenre shounen dan action, Darwin’s Game. Darwin’s Game adalah adaptasi dari manga karangan FLIPFLOPs yang terbit sejak sejak Desember 2012. Anime ini telah tayang selama 11 episode dari 4 Januari 2020 hingga 21 Maret.
Bercerita tentang Sudou Kaname, seorang anak SMA yang terseret ke dalam permainan mematikan yang bernama Darwin’s Game. Untuk bertahan hidup, Sudou Kaname dipaksa menggunakan sigil, sebuah kekuatan misterius yang memungkinkan pengguna melakukan hal yang diluar kebiasaan orang biasanya. Kaname dipaksa untuk menyelesaikan berbagai quest atau event dalam gamenya yang bisa mengancam nyawa pemainnya. Ditambah beberapa pemain yang bertujuan membunuh demi mendapat point yang senilai uang jutaan yen, permainan hidup mati ini pun dimulai.
Perdana Yang Fantastis
Penonton dimanjakan dengan keniatan studio Nexus yang mengarap seri ini dengan episode pertama yang berdurasi dua kali lipat dari anime pada umumnya. Sepintas saya teringat Re:Zero ketika pertama kali memperkenalkan intro dalam animenya yang juga membutuhkan sekitaran sejam, namun anime ini lebih mirip dengan serial seperti BTOOOM atau game mempertaruhkan nyawa lainnya. Episode sepanjang ini membuat saya berspekulasi paling logis adalah untuk memperkenalkan karakter utama tidak terbatas hanya pengalaman D-Game (sebutan lain untuk Darwin’s Game) pertama Kaname saja, namun pertemuan pertamanya dengan Shuka juga diikut sertakan. Memang hal ini terlihat niat, apalagi animasi yang disajikan begitu rapi.
Segi musik juga terlihat tidak begitu buruk. Bagi sebagian orang mereka menjadikan opening dan ending sebagai salah satu terbaik di musim tersebut. Namun bagi saya justru tidak merasakan sesuatu yang spesial. Malahan saya sebagai orang yang biasanya menyukai lagu dari ASCA merasa kurang terhadap lagunya yang dibawakan untuk pembuka di anime ini.
Perasaan tentang kurangnya ini semakin kuat ketika saya telusuri selak beluk anime ini dari sumbernya terutama. Hal ini memicu munculnya pernyataan seperti yang saya tulis dibawah ini.
Dosa Besar Anime Ini
Ya, kamu ga salah baca. Biasanya saya adalah tipe yang sering menulis review berniat memuji. Tetapi kali ini saya tidak menahan untuk menghujat anime yang melakukan dosa besar. Jadi apa dosa besar di dalam anime ini?
Perlu diketahui, untuk orang awam yang belum pernah membaca manganya menonton animenya tidak akan terasa kesalahan yang dibagian ini. Tetapi bagi orang yang sudah membaca manganya, ini benar-benar adalah dosa yang besar. Kalau untuk memotong bagian cerita tertentu dalam manga agar animenya bisa muat selama 1 atau 2 cour adalah biasa dapat dimaklumi, tetapi anime ini melakukan yang lebih parah, bejat dari biasanya.
Ya dosa itu adalah penghilangan karakter penting. Karakter yang dihilangkan benar-benar keberadaannya adalah polisi. Bukan hanya seorang, namun dua orang. Kedua karakter ini memiliki peran yang cukup vital untuk beberapa bagian terutama di akhir event kedua (karena mereka juga pemain D-Game). Kalau cuma penghilangkan karakter mungkin saya ga bakal marah berlebihan karena bisa ditangkal dengan alasan tidak cukup durasi, tetapi ternyata dosanya tidak terbatas hanya sampai disitu. Teman Kaname yang harusnya hanya berjumlah dua orang: Shinozuka dan Kyouda, malahan ditambah dengan karakter entah dari mana sumbernya (yang jelas bukan dari manganya) yang bernama Hamada. Hamada ini biar hanya muncul sebentar tapi juga cukup menguras durasi dengan tampil di flashback kedepannya.
Malahan karakter cewe yang diatas bisa muncul padahal di manganya aja belum kelihatan banget kontribusinya
Semakin mantap dengan dosanya, beberapa plot juga terlihat diskip bahkan diubah. Penangkapan Shinozuka aslinya langsung berada di sekolahnya lebih tepatnya di kelasnya, sedangkan di animenya Shinozuka ditangkap di dekat apartemen Kaname. Mungkin ini dibuat agar ceritanya lebih enak dinikmati, tapi dengan 3 poin diatas, sudah cukup membuat saya muak akan kejahatan besar ini (bahkan perubahan plot di anime Akame ga Kill tidak sebanding dengan dosa ini).
Kekuarangan dari anime ini bisa dimengerti karena dibuat oleh studio Nexus yang kebanyakan mengambil tema moe atau CGDCT. Ditambah sutradara yang menangani anime ini juga hanya memiliki sepak terjang dalam mengomandoi satu anime saja: Comic Girls.
Forced Chara Implementation
Sebenarnya ada juga kekurangan dari serial ini yang terlihat di manganya. Tapi dengan kejahatan seperti yang disebutkan diatas malahan kekurangan itu tidak ditutupi juga di animenya. Bagian ini mungkin lebih dipahami oleh orang awam yang belum membaca manganya. Manganya sendiri cukup menghibur meski ada beberapa plot hole, tapi bisa dimaklumi.
Kekurangan yang masih terekspos itu antara lain adalah karakter. Disini kita punya Kaname yang aslinya hanya anak SMA, hobinya otomotif terutama moge. Terlihat normal darimana pun, namun perkembangan karakter Kaname begitu cepat hingga dia menjadi karakter yang edgy. Bayangkan seorang anak SMA sudah bisa membuat keputusan dengan perhitungan layaknya orang dewasa profesional, memimpin clan terbesar di kotanya, melakukan revolusi terhadap gamenya, dan bisa mengimbangi kekuatan ahli bela diri dalam waktu hanya beberapa bulan saja sejak dia memulai gamenya.
Padahal Kaname dulu hanyalah newbie laksek, eh akhirnya malah jadi edgy chara
Tidak hanya Kaname, beberapa karakter yang sejatinya dibawah umur dipaksa untuk memenuhi kriteria minimal agar sesuai dengan tema game yang saling membunuh, Rain dan Shuka contohnya. Rain yang usianya hanya 13 tahun memiliki skill hacking luar biasa, analisa dan pengetahuan yang cemerlang, terlalu OP untuk anak seumurannya. Shuka juga tidak jauh berbeda. Memiliki kemampuan pengendalian sigil yang terampil, membunuh tanpa ampun, hingga mengejar cintanya layaknya orang dewasa. Padahal Shuka dulunya adalah anak papi-mami dan semua berubah hanya sekali melihat orang tuanya terbunuh di depan matanya. Waw, truly godspeed development.
Konklusi
Anime ini diakhir dengan tampilan permulaan event kedua dimana Kaname melakukan hunting sendirian (nanti bakal ada rekan barunya) tanpa bantuan dari anggota klannya seorang pun. Sekilas menjanjikan untuk dibuatkan musim keduanya, namun saya bisa berkata cukup. Mau sampai kapan mereka menutupi karakter polisi yang turut berperan dalam rute ceritanya, kecuali mereka bisa menebusnya dengan membuatkan semacam OVA khusus dari segi pandangan polisi yang tentunya tidak akan tinggal diam dengan peristiwa hilangnya berbagai orang dan fenomena rusaknya beberapa bangunan di kota.
Dari segi adaptasi, anime ini sudah gagal mempresentasikan manganya. Kombinasi karakter dengan paket yang kuno juga tidak mengangkat nilai anime ini dimata saya. MC yang tidak terkalahkan, heroine yang cinta mati sama MC, support wingman, rival cinta heroine, butler kakek (untung namanya bukan Sebas/Tian) loli 1 yang tidak suka dianggap anak kecil, loli 2 tidak berani menyakiti orang adalah kombinasi yang biasa ditemukan di banyak serial anime. Anime ini sungguh beruntung bisa tayang di musim dimana tidak banyak saingan untuk segenrenya.
Story: 3/10
Characters: 3/10
Visual: 9/10
Audio: 7/10
Enjoyment: 7/10
Overall: 5.8/10