Apakah kamu termasuk orang yang “mengutuk” seri Dragon Ball Super karena dinilai memaksa ekspansi seri Dragon Ball Z setelah tamat 19 tahun sebelumnya? Apakah kamu juga merasa seri Dragon Ball Super hanyalah akal-akalan pihak produsen untuk dapat terus memerah segala merchandise Dragon Ball? Penulis adalah salah satu dari orang-orang tersebut.
Penulis sempat memiliki harapan besar pada seri Dragon Ball Super, namun setelah menonton beberapa episode awal seri animenya, penulis menyatakan bahwa seri ini tidak layak untuk diikuti lebih lanjut karena terlalu memaksa dan bertele-tele. Setelah beberapa puluh episode tayang, tidak sedikit yang menyarankan kepada penulis untuk kembali mengikuti seri ini karena ceritanya semakin menarik (bukan, bukan karena rambut Songoku yang kembali mendapatkan varian warna terbarunya dalam mode Ultra Instinct).
Bulan Maret 2018, seri Dragon Ball Super berakhir di episode 131. Setelah itu, diumumkan bahwa akan ada film Dragon Ball ke-3 yang canon (setelah Dragon Ball Z: Battle of Gods dan Dragon Ball Z: Resurrection ‘F’). Film yang pertama kali memakai judul “Super” ini akan menampilkan Broly, salah satu sosok villain yang paling populer dalam universe Dragon Ball. Kemunculan Broly dalam film ini juga berarti meresmikan keberadaannya dalam universe resmi Dragon Ball setelah pada 3 film sebelumnya yaitu Dragon Ball Z: Broly – The Legendary Super Saiyan (1993), Dragon Ball Z: Broly – Second Coming (1994) dan Dragon Ball Z: Bio-Broly (1994), Broly tidak dianggap sebagai karakter yang canon.
Film ini tayang pertama kali di Jepang pada 14 November 2018, sedangkan di Indonesia baru tayang pada tanggal 20 Februari 2019 lalu. Walaupun penulis sempat beberapa kali membaca tanggapan yang sangat positif atas film ini, penulis tetap tidak memiliki ekspektasi yang tinggi. Ternyata setelah menonton film ini, penulis dapat menyatakan bahwa Dragon Ball Super: Broly adalah film Dragon Ball terbaik sampai saat ini, setidaknya untuk yang canon.
Dengan durasi 100 menit, film ini dikemas dengan sangat baik. Latar belakang yang menceritakan sejarah bangsa Saiya dan Frieza, latar belakang cerita Broly yang dibuat berbeda dengan film sebelumnya, dan juga kemunculan beberapa tokoh yang sudah kita kenal seperti Raditz, Nappa, Bardock dan juga Gine adalah semacam fan service tersendiri. Menariknya, bagi penonton yang tidak mengikuti latar belakang cerita Dragon Ball sebelumnya dapat mencerna segmen awal film ini dengan baik karena penyajiannya yang cukup sederhana dan mudah dimengerti. Bagi para fans Dragon Ball yang sudah mengikuti latar belakang cerita Bardock dan Broly sebelumnya, menurut penulis juga tidak akan merasa terganggu dengan penceritaan ulang latar belakang bangsa saiya ini.
Segmen kedua film ini dimulai dengan setting setelah kejadian Universe Survival Saga. Walaupun tidak banyak menampilkan karakter Dragon Ball yang lain, menurut penulis hal ini cukup tepat karena dalam film ini fokus utamanya adalah pada Songoku, Vegeta, Broly dan Frieza. Beberapa jokes yang ditampilkan sepanjang film ini pun porsinya cukup dan tepat sasaran. Keberadaan Beerus dan Whis dalam film ini juga mempertegas bahwa inilah timeline Dragon Ball yang sekarang, Dragon Ball Super.
Selama kurang lebih 30 menit terakhir, penonton akan disuguhkan dengan adegan fighting, fighting dan fighting. Hal ini mungkin akan cukup melelahkan karena adegan tersebut disajikan secara intens dengan latar belakang suara yang cukup berisik. Walaupun begitu, animasinya perlu diacungi jempol. Bermacam gaya pertarungan khas ala Dragon Ball disajikan di sini dan juga disuguhi dengan angle kamera yang sangat menawan seperti first person. Environment effect dalam pertarungan juga terkesan “mahal”. Satu-satunya yang masih kurang adalah animasi dari tiap karakter yang kesannya kurang konsisten. Ternyata memang sulit untuk menandingi gambar asli karakter yang dibuat oleh Akira Toriyama.
Broly dalam film ini adalah Broly yang selama ini kita kenal. Walaupun latar belakang ceritanya berbeda, karakter Broly yang buas dan liar tetap muncul dalam film ini. Awalnya penulis khawatir bagaimana Broly dapat menandingi kekuatan Songoku dan Vegeta yang levelnya sudah mencapai Super Saiyan Blue. Namun bagi seorang Legendary Super Saiyan, sepertinya tidak ada yang tidak mungkin. Broly dengan cepat dapat beradaptasi selama pertarungan dan berhasil berubah menjadi Super Saiyan yang wujudnya sama dengan film-film sebelumnya dimana Broly muncul.
Satu karakter lagi yang muncul pada film ini dan menjadi canon adalah Gogeta. Hasil fusion Songoku dan Vegeta ini menjadi kunci untuk mengalahkan Broly. Setelah sebelumnya tidak pernah tampil dalam universe resmi Dragon Ball, kemunculan Gogeta ini lengkap dengan adegan fusion Songoku dan Vegeta di depan Piccolo, dua kali fusion yang gagal (versi gendut dan versi kurus), dan juga Super Saiyan Blue Gogeta. Sungguh sempurna. Satu-satunya hal yang tidak ditampilkan pada film ini adalah mode Ultra Instinct-nya Songoku, yang mungkin disimpan untuk kemudian hari.
Bagian akhir Dragon Ball Super: Broly adalah bagian klasik Dragon Ball. Broly tetap hidup dan dipindahkan ke planet tempat dirinya dibesarkan, Songoku datang mengunjungi Broly dan memberikan beberapa kapsul pemberian Burma dan berkata dia akan mengunjungi Broly untuk berlatih tanding. Songoku juga berharap Broly akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Akhir kata, film ini sangat direkomendasi baik untuk penggemar Dragon Ball, ataupun penonton kasual. Penyajiannya yang sangat baik dan mudah dimengerti dalam waktu yang relatif singkat, adegan pertempuran yang sangat intens, jokes yang cukup segar adalah beberapa hal yang membuat Dragon Ball Super: Broly menarik. Sebagai catatan tambahan, film ini juga melibatkan sosok Shenron dan 7 buah bola naganya dengan cukup baik. Dengan begitu, hal ini akan menjawab pertanyaan “kenapa judul filmnya Dragon Ball?, mana Dragon Ball-nya?”
Dragon Ball Super: Broly saat ini masih tayang di Bioskop kesayangan kamu. Jangan dilewatkan ya! untuk yang sudah nonton, bagaimana menurut kalian? Ditunggu komentarnya ya!
The post [REVIEW] Dragon Ball Super: Broly, Sajian Pertarungan Bangsa Saiya Terbaik di Layar Lebar appeared first on Japanese Station.