Saya sendiri masih berpikir kenapa “High Score Girl” merupakan anime favorit saya untuk musim ini. Apakah karena konten yang berat di nostalgia tahun 90’an, interaksi serta perkembangan karakter yang sangat bagus, atau penggunaan 3DCG serta sprite game yang baik. Namun seri yang sayangnya tidak sepopuler seri lainnya karena keterbatasan jalur distribusi dan episode pertama yang agak lemah ini adalah seri yang paling saya rekomendasikan di musim ini.
High Score Girl berfokus pada tiga karakter, Yaguchi Haruo, anak yang terobsesi dengan game dan punya posisi tinggi di Arcade lokal; Oono Akira, putri pendiam keluarga kaya yang menggunakan game untuk pelarian dari tekanan hidupnya; dan Hidaka Koharu, yang awalnya pemalu namun mendapat banyak kepercayaan diri setelah Yaguchi memperkenalkannya dengan dunia gaming. Cerita mereka dimulai di tahun 1991 saat Street Fighter 2 merajai Arcade dan terus berjalan mengikuti era gaming Jepang.
Berhubung saya sering ngedenger orang ngedrop sebuah seri anime tertentu karena aspek ini, mari kita mulai dengan fakta kalau ini adalah anime 3DCG.
The 3DCG Surprisingly Works Great
Ini berkat kombinasi frame-rate yang mendingan, desain Oshikiri Rensuke yang bisa di transisi dengan bagus ke 3D, dan penggunaan footage game yang akan saya jelaskan lebih lanjut di poin setelah ini. Kebanyakan komunikasi anime ini itu lewat ekspresi melihat salah satu karakter itu secara efektif bisu dan saya bilang anime ini kadang bisa melakukannya lebih baik dibandingkan manga-nya, terutama di episode penutupnya.
Ekspresi karakter Oshikiri itu punya bobot besar di mata, dan saya ingat ada studio yang bilang anime itu makin sulit dibuat karena desain mata yang diminati pasar itu kompleks dan lama dibuatnya. Saya rasa itu alasan seri ini dapat adaptasi 3DCG.
Great usage of game footage
Anime ini yang jelas tentang game ini sangat kebantu dengan fakta kalau mereka bisa menggunakan konten game secara langsung, di mana di manga sendiri gamenya digambar manual. Nggak cuma untuk menunjukkan game yang para karakter mainkan tapi juga untuk menunjukkan “isi kepala” para karakter yang juga sering diwakilkan dengan gameplay mechanic dan sprite karakter. Kombinasi ini juga lebih cocok dengan desain 3D para karakternya.
Ini penting untuk menggambarkan era 90’an yang otentik, game arcade yang menjadi “wajah” industri game bisa dipresentasikan dengan bagus. Seri ini juga cukup sadar kalau Playstation jadi fokus cerita, musik booting-nya jelas harus diperdengarkan. Namun karena masalah lisensi beberapa game berubah dari manga-nya, seperti Samurai Shodown yang di sini fokusnya dikurangi.
Amazing pacing despite the long timeline
Diluar cerita dokumenter tentang perkembangan industri Jepang di tahun 90’an, High Score Girl itu pada dasarnya adalah cerita tentang cinta segitiga dan bagaimana hal ini merubah para karakternya. Berbeda dengan kebanyakan roman yang fokus di jenjang sekolah atau kelas tertentu, cerita ini berlangsung dari usia SD hingga SMA para karakter. Oleh karena itu pertumbuhan dan perubahan para karakter lebih terasa alami karenanya.
Haruo tumbuh dari seorang bocah menjadi pria, Akira tidak meredam lagi stresnya dan bersedia untuk bergantung pada orang lain, dan Hidaka yang pemalu bisa menemukan dua hal yang dia cintai dan akan bertarung sampai habis untuk mempertahan keduanya. Ini memang bukan cerita coming-of-an-age yang asing, namun cerita ini dipenuhi oleh karakter yang sangat likable. Saya juga kagum dengan banyaknya karakter pendukung yang baik seperti ibunya Haruo, Si Supir, dan Miyao. Sebenarnya masih ada banyak lagi, namun momen karakter tersebut belum hadir di anime-nya.
Verdict: Tsuki Guile Kirei
Kalaupun kalian nggak tertarik dengan sejarah gaming Jepang atau nostalgia era 90’an, hubungan antara ketiga karakter sentral serta pertumbuhan mereka itu cukup kuat untuk menopang ceritanya. Saya ingin banget performa anime ini bagus di pasar karena kualitasnya terus naik di tiap episodenya. Untungnya masih ada tiga episode OVA yang akan hadir Maret 2019 nanti yang kemungkinan besar akan mencakup duel besar Haruo.