Review Stuber, Komedi, Laga, dan Iko Uwais

Posted on

Duniaku.net – Setelah sebelumnya tampil membingungkan di Mile 22, akhirnya Iko Uwais mendapatkan film Hollywood pertamanya dengan peran dan kualitas yang layak diperhitungkan. Dalam film komedi garapan Michael Dowse ini, Iko memang kembali menjadi antagonis. Tapi kali ini Iko berperan sebagai penjahat utama, yang bukan sekedar numpang lewat atau menjadi bawahan penjahat lainnya.

Vic dan Stu

Stuber sebenarnya menggunakan format lama Hollywood. Dalam film ini kamu akan diajak berkenalan dengan dua orang dengan latar belakang yang berbeda, tetapi dipaksa untuk bekerjasama dan saling bahu-membahu.

Stu (Kumail Nanjiani) adalah pekerja toko serba ada yang menjalankan profesi sebagai sopir Uber untuk mendapatkan uang tambahan. Sementara Vic (Dave Bautista) adalah anggota LAPD yang mengejar-ngejar gembong narkotik besar bernama Oke Tedjo (Iko Uwais). Vic menaruh dendam pada Tedjo karena dia membunuh Morris yang merupakan partner kerjanya.

Pada suatu hari, Vic membutuhkan Uber karena matanya tidak bisa melihat dengan baik paska operasi Lasik. Sementara Stu adalah sopir Uber yang kurang beruntung karena berada di sekitar Vic ketika dia memesan Uber. Kenapa kurang beruntung? Karena pertemuannya dengan Vic, membuka perjalanan yang dipenuhi dengan aksi gila-gilaan.

Selama berpetualang di dalam mobil listrik yang disewa Stu, keduanya lantas mulai saling terbuka terhadap masalah yang mereka hadapi. Stu adalah laki-laki yang tidak pernah berani menyatakan perasaan ke wanita yang dia sukai, sementara Vic adalah laki-laki yang tidak pernah peka terhadap kondisi keluarga atau orang-orang di sekitarnya.

Kedua makhluk berbeda ukuran dan latar belakang ini lantas berusaha menyelesaikan masalah dengan caranya masing-masing, sambil tetap bahu-membahu memburu Tedjo yang berencana mengedarkan narkotik lagi.

Komedi dan Laga

Kalau kamu melihat sosok Dave Bautista dan Kumail Nanjiani, kamu seharusnya bisa membayangkan bagaimana kalau keduanya beradu akting di dalam mobil listrik nan sempit. Polisi berbadan besar, garang, dan super maskulin, harus memburu penyelundup narkoba kelas kakap dengan bantuan seorang Stu, supir Uber yang sopan, pemalu, dan tidak suka kekerasan.

Keduanya berhasil membangkitkan chemistry sebagai seorang partner yang sangat bertolak belakang, melalui lawakan dan cerita-cerita yang mereka bawakan sepanjang perjalanan. Bisa dibilang kekompakkan keduanya menjadi poin paling penting dari kisah Stuber. Tanpa hal tersebut, mustahil film ini bisa dinikmati.

Di sisi lain, Iko juga berhasil memerankan sosok Tedjo yang sulit untuk ditangkap dan sangat lihai dalam urusan baku-hantam. Walaupun rambut kuningnya sedikit banyak mengingatkan kami pada sosok Naruto, tetapi Iko tetap bisa membawakan karakter Tedjo yang ganas tanpa ampun.

Selain menjadi penjahat, Iko juga dipercaya untuk menjadi koreografer martial arts untuk film ini. Jadi kamu akan tetap merasakan ganasnya pertarungan di film-film Iko sebelumnya, tanpa adanya gore yang berlebihan.

Satu-satunya kelemahan dari Stuber justru datang dari detail yang kerap terlupa oleh sang sutradara. Misalnya, dalam satu adegan diceritakan Vic dan Stu terluka parah akibat perkelahian dengan Tedjo, pada adegan berikutnya luka-luka mereka tahu-tahu hilang seperti ditelan Bumi.

Terlepas dari satu kekurangan tersebut, film ini terbilang berhasil menjadi hiburan yang segar, dengan komedi, laga, dan drama yang cukup seimbang.

Kesimpulan

Stuber adalah film komedi laga yang harus kamu tonton, terutama kalau kamu ingin tahu sudah seberapa jauh nama Iko Uwais melanglang buana di Hollywood. Dengan seluruh kualitas yang ditampilkan film ini, kami memberikan nilai 3,5 dari 5 bintang.

Stuber akan tayang mulai 12 Juli 2019 di Amerika Serikat dan 24 Juli 2019 di Indonesia.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *