Belasan developer dan publisher gim Indonesia baru saja mendapatkan pengalaman berharga pertengahan Maret kemarin. Di bawah program Archipelageek yang diinisiasi Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI), mereka mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam event gim tahunan Game Connection America 2019 (GCA 2019) yang berlangsung di San Francisco, Amerika Serikat.
GCA 2019 sendiri merupakan sebuah event yang pas bagi delegasi Indonesia yang terdiri dari GameChanger Studio, SEMISOFT, GudangVoucher, Everidea Interactive, MassHive Media, Wisageni, GameLevelOne, Megaxus, Agate, Arsanesia dan CIAYO Games untuk mendapatkan partner bisnis baru.
Agenda delegasi Indonesia selama kurang lebih satu minggu di San Francisco bukan hanya business meeting di GCA 2019 saja. Usai mengikuti GCA 2019, mereka mendapatkan kesempatan untuk berkunjung dan menimba ilmu di beberapa perusahaan raksasa dunia yang berbasis di California, seperti Google dan Apple.
Nah, sehari setelah berkunjung ke markas Google, giliran markas Apple yang dikunjungi oleh delegasi Indonesia. Kompleks markas Apple sendiri terletak di Cupertino, sekitar 75 km tenggara dari pusat kota San Francisco. Untuk mencapai markas Apple ini paling cepat ditempuh menggunakan jalur darat, yang memakan waktu kurang lebih sekitar 50 menit karena melewati jalur bebas hambatan.
Hampir sama seperti Google, markas Apple sendiri memiliki tingkat privasi yang sangat tinggi. Sehingga tidak sembarang orang boleh masuk ke bangunan utamanya. Untuk “menjamu” pengunjung, terdapat satu bagian khusus Visitor Center yang bisa dimasuki oleh siapa saja.
Di markas Apple, delegasi Indonesia dijamu oleh Ari Sufiati, orang Indonesia yang sudah cukup lama berkarya di Apple. Ari banyak menjelaskan mengenai bagaimana kultur kerja di Apple dan pengalaman bagaimana dirinya akhirnya bisa menjadi bagian dari perusahaan raksasa tersebut.
Delegasi Indonesia juga berkesempatan untuk bertanya-tanya seputar App Store, tips untuk mendapatkan porsi featured di toko aplikasi, hingga bagaimana teknologi sistem pembayaran yang digunakan.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Ari, delegasi Indonesia pun mendapatkan kesempatan untuk menjelajah visitor center lebih jauh lagi. Pada dasarnya, Visitor Center ini terbagi menjadi beberapa bagian, seperti Apple Store yang menjual berbagai macam gadget dan aksesoris Apple, kafe, serta ruang “tur” virtual yang menggunakan teknologi augmented reality.
Yang menarik adalah bagian “tur” virtualnya. Di ruangan ini, masing-masing pengunjung dipinjami sebuah iPad yang bisa digunakan untuk menjelajah markas Apple secara virtual. Dengan mengarahkan iPad tersebut ke maket yang tersedia di tengah ruangan, maka pengunjung bisa melihat detail dari bangunan-bangunan yang ada di kompleks markas Apple tersebut.
Penasaran dengan markas Apple? Berikut adalah beberapa dokumentasi dari Duniaku.net yang menemani delegasi Indonesia saat berkunjung.