Kalau kamu suka dengan dunia manga, pasti kamu sudah familiar dengan jenis-jenis manga yang kamu baca. Kalau kamu suka dengan dunia yang karakternya berjuang dengan semangat persahabatan, darah panas, dan perjuangan, sudah pasti kamu sukanya manga shounen. Kalau kamu lebih mencari manga dengan tema drama yang sangat relatable, atau yang ceritanya sudah mulai menjurus ke tema-tema dewasa, mungkin manga seinen yang cocok sama kamu. Tapi kalau kamu suka cerita yang bikin hati berbunga-bunga, drama naik turun dilema cinta yang mengombang-ambing hati, atau karakter pria dengan penampilan yang lebih ‘cantik’ dari biasa, mungkin kamu penggemar manga shoujo.
Orang Indonesia mungkin lebih mengenal serial shoujo dengan sebutan Serial Cantik seperti yang terbit di toko buku Gramedia. Sejak dahulu kala, saat saya masih kecil dan harga komik pun belum menyentuh label 5000 Rupiah, saya menganggap kalau komik pun dibagi untuk 2 macam manusia, pria dan wanita. Karena itu ada komik biasa yang biasanya dibaca oleh kami para kaum Adam, dan ada serial cantik bagi para kaum Hawa. Seperti yin dan yang, semua selalu balance dan alam semesta pun mengangguk.
Karena itu, setiap kali saya melihat ada kolega pria saya yang membaca serial cantik rasanya kok kamu sudah melanggar kodrat semesta bung. Tapi mungkin itu adalah pikiran saya yang masih terlalu kecil dan masih belum mengenal cinta saja. Begitu sudah berumur dikit pun kalau gebetan bilang, “Eh baca ini dong biar gue ada temen ngobrol.”, mau disuruh baca Mein Kampf atau kitab Sansekerta saja rasanya bakal saya jabanin, asal kalau sudah dideketin bukannya malah ngejauhin.
Since we’re getting quite lost on track, as per usual, izinkan saya kembali ke topik utama dari tulisan ngalor ngidul kali ini. Sebenarnya apa sih yang disebut dengan serial cantik dan bagaimana tren komik ini muncul? Untuk membahas hal tersebut, kita harus memutar balikkan waktu sampai ke awal tahun 1900an di Jepang.
Shoujo Magazine di Tahun 1902
Sepertinya kita harus kembali ke tahun 1902 saat majalah untuk wanita pertama muncul di bawah payung Shoujo-kai (Dunia Wanita) dan diikuti oleh majalah lain seperti Shoujo Sekai (1906) dan Shoujo no Tomo (1908). Di masa-masa ini juga terkenal dengan pertama kalinya sebuah diferensiasi digunakan untuk ilustrasi pria yang akan diasosiasikan dengan shoujo manga, yaitu gambar wajah dengan mata yang lebar. Trend ini dimulai oleh Yumeji Takehisha dan Junichi Nakahara yang juga memiliki profesi sebagai seorang pembuat boneka pada saat itu.
Jadi nggak heran kadang kita berpikir kok serial cantik matanya serem kaya boneka, wong yang gambar juga seniman boneka, pada awalnya.
Shoujo Manga yang pada awalnya muncul di majalah sebagai komik-komik simpel mulai menghiasi majalah dan koran, namun sayang sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, ‘komik’ mulai dianggap tidak memiliki nilai lebih dan ditinggalkan. Baru sejak tahun 1950 ada Machiko Hasegawa dengan Nakayoshi Tenchou dan Osamu Tezuka dengan Princess Knight maka shoujo manga mulai tampil kembali ke hadapan publik..
Dimulai dari tahun 1075, shoujo manga kemudian terus berkembang sembari berkembang menjadi beberapa sub-genre yang kadang saling bertumpuk. Beberapa sub-genre besar yang ada termasuk romance, science fiction, magical girls, fantasy, yaoi, dan ladies comic.
Shoujo Manga di Indonesia
As far as I could remember it, Shoujo manga sudah ada dalam bentuk serial cantik sejak saya kecil. Beberapa judul yang sangat populer di masa itu adalah Topeng Kaca, Candy Candy, Sailor Moon, Cardcaptor Sakura, Wedding Peach, dan masih banyak lagi. Semasa kecil, mana ada yang sadar kalau Sailor Moon dan Wedding Peach, atau Cardcaptor Sakura masuk ke genre shoujo, kita tahunya karakter-karakter ini keren dan bisa berubah, lalu memerangi kejahatan dengan menggunakan kekuatan kebaikan.
Judul-judul di atas juga ditayangkan sebagai serial TV di televisi-televisi lokal di sore hari. Secara tidak langsung membuat saya dan kawan-kawan terpapar dengan seri shoujo walau ironisnya kami masih menganggap kalau serial cantik itu bukan buat cowok.
Fast forward sedikit ke masa remaja, saya mulai menemukan beberapa teman yang gemar membaca manga dengan taste yang lebih ‘luas’. Saya menemukan beberapa manga lain seperti Salad Days yang mengisi kehidupan SMA saya dengan rasa gurih manis dunia cinta. Bila saya pikir sekarang, tema dari Salad Days terasa lebih ke seinen manga dibanding shoujo, namun penggambaran karakter dari manga tersebut membuat saya tersadar akan sesuatu. Di sini saya mulai belajar kalau ternyata shoujo manga itu tidak harus menampilkan pria-pria dengan bulu mata lentik, seringnya tebal sampai dikira berbulu. Atau dengan proporsi yang agak ajaib dengan tangan yang lentik dan jemari yang panjang yang kadang takut patah saya melihatnya. Di saat ini saya mulai membuka diri kepada kemungkinan untuk membaca manga regardless of it’s genre.
Dewasa ini saya sudah mulai woles dengan pilihan manga yang saya baca, terserah deh mau shoujo, shounen, seinen, yang penting ada yang membuat saya tertarik dengan manga tersebut. Apalagi shoujo manga juga mulai mengadaptasi artstyle yang berbeda-beda seperti misalnya Gekkan Shoujo Nozaki-kun atau Bukiyou na Senpai yang sedang senang saya ikuti belakangan ini. Shoujo tidak selalu digambarkan sebagai komik romantis super manis atau seperti roller coaster yang terombang-ambing di tengah badai diapit 2 orang pria, tapi juga komedi slice of life and it actually felt really good.
Saya rasa sampai sini dulu saja bagian pertama dari Seri Shoujo di mata seorang Pria kali ini, apakah kamu ingin part kedua? Rencananya saya ingin membahas faktor-faktor apa yang membuat saya senang dengan serial shoujo.
Harap diingat kalau artikel ini bersifat opini dari saya pribadi dan opini setiap orang pun berbeda-beda. Jadi bila ingin berdiskusi harap untuk menuliskan opini kamu juga di kolom komentar ya.
Tidak lupa Jurnal Otaku juga sedang berkolaborasi bersama dengan Harlequin Comics dan menelurkan 1 review per harinya untuk seri-seri shoujo dari romancecomics.com. Kami juga sedang mengadakan survey untuk mengetahui seberapa berminatnya sih pembaca manga Indonesia dengan shoujo manga, untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di artikel berikut ini.