Bagian ketiga adalah bagian terakhir dari segmen Shoujo Manga di Mata Seorang Pria, dalam bagian kali ini saya ingin membahas mengenai sesuatu yang berbeda dengan bagian 2, bila bagian 2 membahas kenapa saya suka membaca shoujo manga, bagian ketiga adalah aspek yang saya tidak suka dari shoujo manga. Mungkin suatu hari saya juga akan membahas topik dari shounen manga dan seinen manga, tapi itu topik untuk di kemudian hari.
Sebelum saya melanjutkan artikel ini, mungkin ada baiknya kalau saya tekankan ulang kalau artikel ini adalah opini saya semata setelah selama 1 minggu membaca shoujo manga dan sebaiknya dianggap sebagai opini, dan bukan fakta. Bila kamu memiliki opini lain yang bertentangan atau selaras, JOI mengundang untuk mengutarakan pendapat kamu lewat kolom komentar.
Berbicara mengenai shoujo manga, sebagai pria tentu kita bisa melihat banyak aspek yang kurang begitu menarik perhatian, mulai dari gambar sampai ceritanya yang kurang sesuai dengan selera kita. Sejak kecil kita biasa mengelompokkan manga menjadi manga untuk anak laki-laki, dan mana yang untuk anak perempuan. Siapa yang baca manga olahraga dan siapa yang baca manga cinta-cintaan. Namun seiring dengan pendewasaan seseorang, saya yakin kamu bisa lebih terbuka terhadap berbagai macam cerita lain dan gaya gambar, tidak terpaku dengan demografi saja.
Dalam bagian 2, saya berpendapat kalau dengan shoujo manga, kamu bisa membuka perspektif yang lebih besar dari sebelumnya. Biasanya cerita romansa untuk pria disematkan ke dalam serial-serial dengan genre lain, jarang sekali ada cerita romance yang ditujukan secara spesifik kepada para pria. Kamu juga bisa mendapatkan insight-insight tertentu, misalnya untuk tahu bagaimana cara membaca kode dari wanita, atau siapa tahu bisa lebih mengerti apa isi hati mereka. Karena mayoritas dari penulisnya juga wanita, they know what they’re thinking of, kalau kamu mencoba taktik Reki Kawahara dengan meniru Kirito untuk pedekate sama gebetan, please jangan.
But there’s always 2 sides of the same coin, saat ada aspek yang bisa kita nikmati, ada juga aspek lain yang kurang kita sukai. Berikut ini adalah beberapa aspek yang menurut saya agak kurang realistis dari kebanyakan shoujo manga di luar sana.
Standar cowoknya luar biasa tinggi
Salah satu aspek paling tidak masuk akal dalam shoujo manga menurut saya adalah betapa tingginya standar para pemeran utama pria-nya. Okelah, mungkin pemeran prianya punya beberapa kelemahan, seperti kekanakan, kurang empati, dingin, dan most of the time, fakboi. Namun di lain itu, mereka semua luar biasa ganteng dan sempurna, nggak cukup ganteng, kebanyakan punya perusahaan sendiri, adalah seorang CEO sukses dengan perusahaan kelas dunia, dan juga keturunan bangsawan atau kerajaan. Lah kita boro-boro keturunan kerajaan, buat minum kopi mahal kekinian aja pakai kartu kredit.
Standar-standar tinggi ini agak kurang relatable dengan kondisi pria kebanyakan, dan di lain pihak kondisi ini juga menjual mimpi pria idaman kepada para pembaca dan menyebabkan standar para wanita meningkat dengan drastis.
Ceritanya yang terlalu too good to be true
Drama memang menjadi salah satu aspek paling kental dalam shoujo manga, drama dan konflik selalu mewarnai kehidupan pasangan dalam seri shoujo. Selalu ada halangan rintangan, be it mantan, ibu mertua, sahabat yang jealous, sahabat yang mencoba menikung, perbedaan kasta sosial, hubungan yang tidak direstui, dan masih ada segambreng alasan lain yang membuat kehidupan keduanya sulit. Namun seakan berada dalam negeri dongeng, semua kesalahpahaman dan pertengkaran yang terjadi dalam ceritanya, tidak peduli seberat atau serumit apapun akan selalu berakhir dengan bahagia.
Singkat kata, banyak cerita dalam shoujo manga yang terlalu menjual mimpi, si kaya dan si miskin, si cantik dan si ganteng, namun mungkin itulah yang menjual dari serial cantik. Layaknya banyak serial shounen dengan cerita-cerita fantasi yang tidak realistis, serial shoujo juga punya porsi cerita yang tidak realistis. Namun mungkin itulah yang dicari oleh para pembacanya, sekejap cerita mimpi untuk berlari dari kehidupan dunia nyata yang memang tidak sesuai dengan mimpi.
Repetitive stories
Bila ada yang sempat membaca daily review saya untuk seri-seri dari Harlequin Comics, mungkin kamu sudah menyadari kalau variasi cerita dalam shoujo manga tidak begitu banyak? Atau mungkin saya yang kurang banyak membaca shoujo manga, karena sepertinya formulanya selalu 2 orang pria dan wanita dengan sifat yang bertolak belakang, perkenalkan mereka dengan konflik yang menyatukan keduanya, berikan sedikit waktu supaya cinta mulai bertumbuh di antara keduanya, drop a conflict bomb, keduanya merasa mereka harus berpisah namun pada akhirnya salah satu menunggu dan hubungan mereka direstui oleh seluruh dunia.
Biasanya saya mencari perbedaan dari sifat serta interaksi para karakter untuk menemukan daya tarik dari shoujo manga tersebut. Selain itu entah kenapa banyak cerita yang bercerita mengenai sultan-sultan dari timur tengah, dari 8 buku yang saya review, sepertinya setengahnya bercerita mengenai pasangan dari negeri jiran tersebut. Tapi memang saya bisa mengerti sih, orang Arab memang kalau ganteng banyak yang maskulin. Ingat kalau dulu ada orang Arab yang terlalu ganteng sehingga dia diusir dari Arab sendiri? Yeah, I rest my case.
Saya rasa ketiga aspek inilah yang menjadi kelemahan terbesar dalam membaca shoujo manga, but it all by no means bad, karena pada akhirnya tujuan saya membaca shoujo manga ya untuk menghibur diri sendiri. Pada akhirnya saya membaca shoujo manga dengan kesadaran penuh kalau cerita pure romance ini akan mirip-mirip dengan serial lain yang sudah saya pernah baca. Setiap komik pun memiliki ciri-ciri yang berbeda, tidak hanya dari hal penceritaan, tapi juga penggambaran. Saya sudah pernah bilang kalau kombinasi Hibiki Sakuraya dan Jennie Lucas menjadi kombinasi penulis dan ilustrator favorit saya dari situs Romance Comics. Tidak lupa gambar goresan Rin Tanaka yang sangat cantik, I find myself liking the heroine even far more than any other series out there.
Sebelum mengakhiri, kembali saya ingin menekankan kalau artikel ini murni adalah opini saya setelah membaca beberapa manga terbitan Harlequin Comics. They do releases a lot of romance comics every week, mereka juga menerjemahkan 25 komik berbahasa Indonesia setiap minggunya. Semua komik dalam situs Romance Comics bisa kamu beli dengan harga 1.1 Dolar saja, namun kamu bisa membaca 50 halaman pertamanya sebagai free preview sebelum memutuskan untuk membeli.
Bila kamu tertarik untuk membaca atau setidaknya mengecek seperti apa sih situs Romance Comics, silahkan langsung mengunjungi situs mereka lewat link berikut ini.