Di Jepang, perusahaan perkeretaapian terkenal dengan “kampanye sikap” dimana setiap penumpang harus mengutamakan kenyamanan terhadap para penumpang lainnya. Seperti yang kita tahu, jika menggunakan kereta di Jepang sangat tidak diperkenankan untuk berbicara menggunakan telefon, mengobrol dengan suara nyaring, dan masih banyak aturan lainnya.
Selain itu, sebagai sesama pengguna moda transportasi, ada baiknya saling mengingatkan akan aturan yang berlaku. Namun tampaknya keinginan untuk menegakkan aturan dapat dilakukan secara berlebihan. Pada 7 Juni lalu, seorang komuter kereta di stasiun Chigasaki melakukan hal yang sangat berbahaya terhadap komuter lainnya. Komuter ini mendorong komuter lain dari platform hingga jatuh ke rel kereta pada pukul 9:40 malam waktu setempat. Korban yang diperkirakan berusia 30 tahun, berusaha untuk naik kembali ke platform. Namun pelaku yang tampak masih kesal tersebut menendang wajahnya berulang kali hingga wajahnya lebam.
Buntut dari kejadian ini, pelaku ditangkap oleh kepolisian setempat pada 8 Juni dan kini tengah dalam investigasi. Laporan dari polisi menjelaskan, pelaku ingin memberi pelajaran kepada korban karena secara tidak peduli korban mengganggu komuter lainnya dengan bunyi bising dari headphonenya. Kemudian pelaku menuturkan bahwa korban mengajaknya berkelahi. Saat ia mengakui telah mendorong korban, ia menyangkal bahwa ia sengaja mendorongnya ke rel kereta karena menganggap si korban tak akan terjatuh dari platform akibat dorongannya.
Netizen Jepang kemudian merespon berita ini dengan berbagai macam cuitan.
“Aku heran apakah (kasus) ini dapat dianggap sebagai percobaan pembunuhan?”
“Aku merasa terganggu dengan headphone orang lain jika suaranya sangat keras, tapi aku tak akan mendorong orang itu dari platform stasiun.”
“Percobaan pembunuhan hanya karena mendengarkan musik lewat headphone? Menyeramkan.”
“Ia (korban) beruntung tak ada kereta yang mendekat kearahnya.”
Hingga kini perkembangan kasusnya masih dalam tahap investigasi. Benar adanya jika dari kasus ini bisa menjadi amaran bagi komuter lainnya, dimana akan timbul perasaan takut hanya karena mereka mendengarkan musik sambil menunggu kereta datang. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran akan keadaan sekitar di setiap aktifitas yang dilakukan dimanapun mereka berada.
Sumber: SoraNews