Tako-Kichi Matsuri: Balas Dendam yang Menjadi Festival Penuh Antusias

Posted on

Di Kota Shirone, Prefektur Niigata terdapat festival tahunan yang unik, bahkan bagi Jepang sendiri juga demikian. Di awal bulan Juni setiap tahunnya, Kota Shirone mengadakan festival pertadingan layang-layang raksasa — yang biasa dikenal sebagai Tako-Kichi Matsuri.

Tako yang dalam bahasa Jepang dikenal berarti “gurita”, sebenarnya juga memiliki arti “layang-layang” namun dengan kanji yang berbeda. Biasanya festival yang sudah menjadi tradisi dalam tiga abad ini diadakan di sekitar Sungai Nakanokuchi. Orang Jepang bahkan berbondong-bondong agar bisa merasakan Tako-Kichi Matsuri secara langsung.

(source: Japan Forward)

Arus utara sungai yang dikombinasikan dengan angin utara, memainkan peran penting dalam menerbangkan layang-layang raksasa ke langit. Tetapi kerjasama tim dan antusiasme dari para peserta yang membuat pertandingan layang-layang ini menjadi acara yang menarik untuk ditonton.

Sejarah dan Teknis Pertandingan

Asal mula Tako-Kichi Matsuri lahir di pertengahan 1800-an. Konon, saat itu penduduk Shirone merayakan proyek konstruksi Sungai Nakanokuchi kemudian merayakannya dengan menerbangkan layang-layang. Namun, layang-layang tersebut menabrak salah satu ladang di bagian barat Kota Shirone, yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman di sana. Sebagai ‘balas dendam’, warga bagian barat Kota Shirone pun menerbangkan layang-layang ke sisi lainnnya.

Seiring berjalannya waktu, fungsi kegiatan ini berubah menjadi festival layang-layang yang layak ditonton jika berkunjung ke Niigata.

Biasanya ada 13 tim yang ikut serta dalam pertandingan ini. Setiap sesi pertandingan layang-layang raksasa ini terdiri dari dua tim, yang masing-masing posisinya berada di tepian kanan-kiri Sungai Nakanokuchi. Kedua tim memulainya dengan memenuhi tepian dan menerbangkan layang-layang bersama.

Ketika layang-layang mengudara tepat di atas Sungai Nakanokuchi, kedua tim peserta harus mempertahankan layang-layang raksasa mereka sampai saling tersangkut. Setelah itulah pertarungan dimulai.

tako-kichi matsuri
(source: Japan Forward)

Cara mainnya, kedua tim harus membiarkan layang-layang mereka saling tersangkut sampai salah satu talinya putus. Tim yang berhasil mempertahankan talinya tidak putus menjadi pemenangnya. Tim yang menang akan menyautkan “banzai” bersama-sama, dan yang kalah harus menyiapkan layang-layang baru untuk dipakai di pertandingan tahun selanjutnya.

Lucunya, pada tahun 1932 pertandingan ini berakhir seri karena layang-layang raksasa kedua tim yang bertanding bertahan mengudara selama empat jam, dan tak ada yang talinya putus sampai malam tiba.

Layang-Layang Shirone yang Istimewa

Layang-layang Shirone memiliki reputasi yang kuat di Jepang dan dianggap spesial. Kerangkanya dibuat dari bambu dan kertasnya menggunakan washi (kertas khas Jepang) yang diberi gambar lambang tradisional tiap tim dan desain berbeda lainnya. Layang-layang ini dibuat khusus agar bisa bertahan mengudara dalam waktu yang lama.

Umumnya, layang-layang Shirone menggunakan desain terinspirasikan dari ksatria terkenal, tokoh Kabuki, dan makhluk-makhluk mitologi Jepang yang diekspresikan dengan gaya lukisan ukiyo-e.

Layang-layang Shirone dibagi menjadi dua kategori: layang-layang raksasa persegi panjang, yang disebut Odako, dan layang-layang heksagonal kecil yang disebut Rokkaku-dako.

tako-kichi matsuri
(source: Japan Forward)

Odako memiliki ukuran sekitar 7 x 5 meter dan membutuhkan 40 sampai 50 orang untuk menerbangkannya. Tiga belas tim masing-masing membuat 15 sampai 30 odako untuk pertandingan.

Sedangkan, layang-layang Rokkaku-dako biasanya berukuran sekitar 3 x 2 diterbangkan oleh 50 tim yang berbeda yang terdiri atas asosiasi masyarakat dan penggemar layang-layang yang dapat menghabiskan hingga enam bulan untuk merakit layang-layang mereka untuk pertempuran.

Sebagai bagian dari festival ini, ada juga pertandingan yang pesertanya adalah anak-anak, yang menerbangkan layang-layang persegi sebesar 3,7 x 2,8 meter. Hal positif dari pertandingan khusus anak-anak ini adalah membuat mereka berminat untuk tetap menghidupkan festival di masa depan.

Pengakuan dari Masyarakat Internasional

Festival ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Kota Shirone dan telah mendapat pengakuan internasional. Sampai-sampai, ada 16 rokkaku-dako yang dipajang di World Kite Exhibition tahun 1976. Tiga tahun kemudian 1979, ada odako raksasa yang dipajang di Kota Seattle, Amerika Serikat untuk menyenangkan penduduk.

 

Featured image: Japan Travel
Source & images: Japan Forward

The post Tako-Kichi Matsuri: Balas Dendam yang Menjadi Festival Penuh Antusias appeared first on Japanese Station.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *