Pada konferensi pers kabinet Jepang yang digelar kemarin, Seiichi Eto, salah satu menteri dari kabinet menyatakan informasi terkait tingkat natalitas/kelahiran dari negara Jepang untuk tahun 2019. Jepang memprediksi angka kelahiran di tahun 2019 akan turun hingga 870.000 jiwa. Angka ini dicapai lebih cepat 2 tahun dari prediksi.
Menteri Negara yang membawahi masalah penurunan angka kelahiran ini juga menjelaskan, dengan sisa beberapa minggu saja sebelum tahun ini ditutup, angka kelahiran tahun ini maksimal hanya mencapai 900.000 jiwa. Angka ini menjadi yang terendah sejak Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan memulai perhitungan ini sejak tahun 1989. Kementerian sebelumnya memprediksi penurunan drastis angka kelahiran ini akan terjadi 21 tahun kedepan (tahun 2021), namun ternyata prediksi meleset 2 tahun lebih cepat.
Seiichi Eto menganggap masalah ini makin serius
“Saya sangat menyadari hal ini sebagai kondisi serius,” Eto berujar dalam kekhawatiran. Pihak kementerian akan merilis laporan statistik demografi yang merangkum angka kelahiran pada akhir bulan ini. Eto juga menambahkan, “Kita harus mempromosikan langkah-langkah drastis dan komprehensif untuk mencegah berkurangnya angka kelahiran.”
Meskipun Jepang memprediksi angka kelahiran tahun ini dapat mencapai 900.000 jiwa, namun pemerintah cukup pesimistis terhadap prediksi tersebut. Jika paling tidak tahun ini ditutup dengan angka 880.000 kelahiran, maka ini menjadi rekor terburuk jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Perbedaan mencolok sekitar 200.000 kelahiran dibanding dekade sebelumnya.
Hiroshi Yoshida, seorang ahli ekonomi penuaan dari Universitas Tohoku mengatakan, “Angka kelahiran secara perlahan naik di dua tahun terakhir, namun saya mempercayai ini dapat dikaitkan dengan orang-orang yang sebelumnya menunda pernikahan hingga akhirnya merealisasikan dan menikah (dalam dua tahun terakhir) serta memulai sebuah keluarga. Dan ini berarti saat ini, kita akan melihat angka kelahiran akan kembali terjadi tren penurunan secara bertahap.”
Dengan berakhir dekade ini, PR besar di awal tahun depan bagi Jepang akan sama seperti dua dekade belakangan. Pemerintah juga harus merilis sebuah program terbaru atau mengembangkan sistem yang saat ini dijalankan agar output untuk kedepannya paling tidak dapat mendekati target. Hal ini tidak mengesampingkan variabel atau faktor seperti masalah keuangan, budaya, hingga intrapersonal yang kerap mengganggu jalannya program rangsangan terhadap natalitas.
Gambar: Fukuromouri, Mainichi News
Sumber: Yahoo! News, SCMP