Boba, bola tapioca, bubble tea, ada banyak cara untuk menyebut minuman yang populer di kalangan urban ini. Jepang sendiri mengalami demam minuman ini sampai berbagai tantangan seperti gambar header di atas juga sering jadi topik fanart. Namun sama seperti nasib semua tren, tahun 2020 ini nampaknya menunjukkan bahwa bulan madu minuman ini sudah berakhir.
Ubikuitas minuman ini berkat kemudahan produksinya. Boba paketan yang direbus lalu dituangkan teh susu untuk menghasilkan minuman yang populer di kalangan wanita usia remaja sampai dewasa. Tidak jarang bila satu baris toko menjual minuman ini saja. Namun dengan mendinginnya cuaca popularitas minuman juga ikut turun dan majalah SPA! menyelidiki fenomena ini. Sebuah toko di Ikebukuro yang diwawancarai majalah mengatakan bahwa produk luar biasa laku di 3 hari pertama, namun setelah lebih dari setengah bulan toko terus merugi dan pada akhir Oktober toko ditutup. Beberapa toko mencoba berdaptasi dengan menjual versi panas maupun layanan pengiriman online, namun hal ini menunjukkan bahwa demam boba sudah berakhir.
Pencarian Google untuk “tapioka” telah anjlok sejak Juni tahun lalu, dan melihat reaksi positif dari keterpurukan ini, nampaknya memang sudah waktunya Jepang terobsesi minuman lain.
“Ya, ya, mati.”
“Tentu saja. Dari awalnya memang bodoh. ”
“Aku pasti tidak melihat barisan lagi.”
“Gadis-gadis remaja cepat bosan. Semua orang tahu itu.”
“Pelanggan Tapioka benar-benar meninggalkannya. Saya benar-benar terkejut betapa tiba-tiba itu terjadi. ”
“Kelihatan seperti telur katak. Mengapa orang-orang menyukainya? ”
“Saya pikir minuman tidak apa-apa, tetapi saya tidak akan meminumnya setiap hari.”
“Tempat tapioka di dekatku memiliki antrian besar di musim panas. Sekarang hanya beberapa orang yang pergi ke sana. Pasti kosng mendekati waktu tutup. “
Menurut seorang analis pasar yang diwawancarai oleh majalah, toko yang bisa beralih ke makanan lain seperti ayam goreng atau hot dog memiliki peluang bagus untuk tetap aktif sambil tetap menawarkan tapioka sebagai produk sekunder.
Beberapa juga dapat menemukan kesuksesan dengan bermigrasi ke daerah-daerah dengan tingkat sewa yang lebih rendah di daerah pinggiran kota dan pedesaan di mana mereka masih dapat dipandang sebagai hal baru, sehingga masih ada harapan bagi pemilik bisnis yang kesulitan.
Mirei Umemura, mantan pegawai toko boba sekaligus fans berat minuman ini berkata pada majalah bawha “Tren tapioka telah berakhir sebelumnya, ini bisa disebut tren ketiga, jadi bahkan jika popularitas ledakan seperti musim panas lalu hilang, saya pikir tapioka akan memasuki periode trending lagi sekitar tahun 2025. ”
#タピオカ をこよなく愛して10年、現役タピオカ店員で某タピオカ専門店元イメージガールのMireiです??
全国、世界の美味しいタピオカ情報を発信していきます✨#タピオカの日 が誕生日?instagram → https://t.co/BaDCbDax6k#タピオカナビ pic.twitter.com/GpFhDRfMry
— タピオカナビ Mirei (@tapioca_navi) November 8, 2018
Secara pribadi saya masih kaget aja belum menemukan nasi goreng boba di wilayah sekitar.