Populasi anak berumur 14 tahun kebawah di Jepang kembali alami penurunan signifikan di tahun 2020. Per 1 April 2021, jumlah penurunan populasi anak pada kelompok umur tersebut mencapai 190.000 jiwa. Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang mencatat bahwa jumlah anak laki-laki mencapai 7,65 juta jiwa, sementara anak perempuan mencapai 7,28 juta jiwa.
Proporsi penurunan populasi anak dari keseluruhan populasi jatuh di angka 11,9% sepanjang pencatataan pertamanya. Rekor penurunan ini berlanjut hingga 40 tahun berturut-turut. Jepang kini memiliki rasio terendah individu kelompok umur muda diantara 33 negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 40 juta jiwa. Posisi kedua dan ketiga terendah dari rasio ini ditempati negara Korea Selatan (12,2%) dan Italia (13,3%). menurut Catatan Tahunan Demografi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lebih mendetail lagi, perwakilan Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang mencatat anak di bawah umur dua tahun kini hanya mencapai 2,65 juta jiwa. Angka pada kelompok umur ini menjadi yang terendah dari kelompok umur lainnya di Jepang. Nilai ini juga mencerminkan penurunan angka kelahiran dalam satu tahun terakhir menurut pihak kementerian.
Populasi anak (0-14 tahun) di Jepang mencapai angka tertingginya di tahun 1954 dengan total 29,89 juta jiwa. Setelah mengalami tren penurunan selama 20 tahun, populasi anak kemudian mengalami kenaikan di tahun 1970-an. Namun dari tahun 1982, populasinya kemudian kian menurun hingga saat ini.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang telah menghitung jumlah kelahiran atau natalitas dan telah menghasilkan total awal 827.683 kelahiran di seluruh negeri pada tahun 2020. Mereka mengharapkan penyelesaian akhir penghitungan antara 830.000 dan 840.000 jiwa, yang masih jauh di bawah jumlah kelahiran tahun 2019 di 856.239 jiwa.
Selain itu, COVID-19 tidak menjadi perhatian besar di Jepang sampai sekitar akhir Februari atau Maret, yang berarti banyak orang yang sudah memulai “proses pembuatan” sebelum pandemi mulai menyebar. Karena banyak orang lain mungkin masih menunda pembuatan bayi sampai situasi membaik, kemungkinan stuasi baru normal di akhir 2021, ketika vaksin telah tersedia untuk semua orang.
Akibatnya, kementerian memperkirakan kemungkinan bahwa kelahiran akan turun di bawah angka 800.000 selama tahun ini.
Gambar: Asahi