Selamat datang kembali dalam rubrik Waifu Wednesday edisi “DanMachi“! Setelah membahas Ryuu Lion di edisi sebelumnya, kali ini giliran Ais Wallenstein yang tentunya mudah dikenali jika kalian mengikuti seri ini sejak awal. Langsung saja, mari membahas karakter ikonik satu ini.
Ais Wallenstein adalah seorang petualang berusia 16 tahun yang bernaung dalam Loki Familia. Ia sudah bergabung dengan familia ini sejak masih berusia tujuh tahun. Ais kini sudah berada di level 6 (dari volume ke-16 novelnya). Ia juga sering dijuluki Sword Princess atau War Princess karena trek rekor petualangannya yang mentereng. Tak lupa juga ia sebelumnya memegang rekor petualang tercepat yang mencapai level kedua dalam kurang dari satu tahun, sebelum Bell Cranel mengalahkan rekornya.
Dari sisi luarnya, Ais Wallenstein memiliki rambut dan warna mata berwarna emas (pirang dalam anime-nya). Berkulit putih dan memiliki proporsi tubuh langsing tinggi (162 cm). Ia biasa memakai pakaian gaun putih ketat yang terbuka di bagian punggungnya. Ais juga menggunakan armor di bagian dada, kepala, siku, dan kakinya saat akan menjelajah. Tak lupa juga dengan kaos kaki tingginya yang berwarna biru.
Lalu bagaimana seorang Ais Wallenstein cocok menjadi waifu kalian? Berikut adalah beberapa poin pertimbangannya.
+ Influence
Seiring berjalannya waktu, Ais Wallenstein menjadi lebih cekatan dan makin kuat dari rekan-rekannya di Loki Familia. Progres “panas” dari dirinya di umur belasan juga mendorong posisinya di familia tersebut menjadi lebih leluasa. Fleksibilitas ini membuatnya tak hanya berdiri di garis depan, namun juga mempengaruhi kebijakan dalam keluarga kecilnya. Jika anda belum mengetahui posisi Ais di Loki Familia, ia kini menjadi salah satu eksekutif bersama Tiona, Tione, Bete, dan Gareth.
Namun tak hanya mempengaruhi orang-orang dalam familianya, Ais juga berperan besar dalam perkembangan masyarakat Orario, termasuk Bell. Jika kalian mengamati sejak musim pertama, progres cepat sang protagonis dalam menaikkan level tak lepas dari kontribusi Ais. Meskipun berbeda familia, ia dapat menyempatkan waktu untuk menyiksa (baca: melatih) Bell untuk menjadi lebih kuat.
+ Sweet Spot
Memandangi wajahnya, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa Ais Wallenstein jarang sekali menunjukan emosinya. Raut wajahnya nampak biasa saja meskipun ia menghadapi hal-hal berbahaya dan aneh di depannya. Meskipun ekspresinya tampak statis, ada kalanya Ais dapat menunjukan sisi kelucuan dan keindahannya.
Ais akan menunjukan sisi keindahannya ini saat ia melihat suatu momen yang berada di luar ekspektasinya. Keindahan yang dimaksud diantaranya seperti senyuman, respon reaktif, hingga ikut mengobrol ke dalam suatu topik tertentu. Seperti saat melatih Bell, menyadari kehadiran Xenos, hingga peristiwa yang saya gabisa sebut karena bakal terjadi di adaptasi anime musim berikutnya.
+ Mysterious Heroine
Adalah hal sulit untuk menjangkau posisi dan level Ais Wallenstein selama ia masih menjadi petualang. Di masa awal ia masuk Loki Familia, Ais sudah menunjukan tekad tinggi untuk menjadi petualang yang kuat. Tak hanya dalam pertarungan, melainkan juga dalam menyusun strategi. Sembilan tahun bersama familia-nya, Ais kini sudah bisa dianggap petualang paling ternama di Orario.
Namun ada satu hal yang cukup membahagiakan (atau miris) untuk diketahui, yaitu kesulitannya dalam berinteraksi secara sosial. Kesulitan mengungkapkan perasaan lewat kata-kata sudah menjadi masalah personalnya sejak masih kecil. Bahkan anggota Loki Familia sendiri masih kesulitan dalam membantunya. Untuk itu diperlukan partner yang tepat untuk bisa membantunya lebih leluasa untuk mengobrol (minimal) dengan orang lain di sekitarnya. Perlahan Ais dapat membuka dirinya, dan impresi orang lain juga akan lebih membaik daripada mendeskripsikannya sebagai perempuan misterius.
+ Saori Oonishi
Tentunya tidak terlupakan adalah seiyuu dari Ais Wallenstein, Saori Oonishi. Kalau boleh jujur, saya tidak mendapatkan impresi baik dari suara Saorin (panggilan Saori Oonishi) sebagai Ais. Salah satu alasannya adalah karakter dari seorang Ais yang cukup datar dan hemat bicara yang meminimalisir kesempatan Saorin dalam menunjukan jangkauan suaranya. Kalau tidak salah, Hideki Shirane (penulis skrip anime DanMachi) mengungkap bahwa jumlah kata yang diucapkan Ais selama tiga musim terakhir hanya 130 kata.
Walau begitu, minim bicara bukan berarti jasa suara seiyuu yang kian nempel dengan Ayaneru ini jadi mubazir. Suara halus, pendek, dan tegas darinya masih tidak dapat dikesampingkan. Walau begitu, saya masih memfavoritkan peran Saorin sebagai La Folia Rihavein dari “Strike The Blood“. Ngomong-ngomong, apakah kalian menyukai performa Saorin dalam memerankan Ais?
– Airhead
Satu hal yang tak bisa dilupakan dari Ais Wallenstein adalah betapa kurang sensitif dirinya. Hal inilah yang membuatnya tampak kebingungan saat mencoba melakukan sesuatu kepada seseorang tanpa memperhatikan atau mempertimbangkan kemungkinan respon orang tersebut. Alhasil, ia sering kali membuat teman-teman perempuannya di Loki Familia hanya bisa geleng-geleng kepala.
– Gabisa Renang
Sedikit mengulik masa kecilnya, Riveria pernah menghukum Ais kecil dengan mengikatnya pada adamantite dan menceburkannya ke dalam perairan dengan kedok “latihan berenang”. Sayangnya ini malah berakibat buruk bagi Ais dan juga Riveria. Ais mengalami trauma dan kini menjauhi perairan dalam. Riveria sendiri cukup menyesali perbuatannya itu. Namun Ais masih dapat masuk ke air di perairan dangkal atau yang dimana ia bisa menginjak dasarnya. Untuk apa? ya untuk mandi.
Baiklah itu saja mungkin yang dapat dibahas dari seorang Ais Wallenstein. Ngomong-ngomong, saya sebenarnya ingin menyelesaikan Waifu Wednesday Chain ini hingga bulan Ramadhan datang. Namun karena jarak antara musim ketiga dan musim keempatnya yang cukup jauh, sehingga saya akan mengendurkan penyelesainnya hingga akhir tahun. Sehingga kemungkinan besar minggu depan saya atau staf lainnya bakal menghadirkan waifu dari serial lain. Ada saran yang ingin kalian berikan untuk minggu depan? Silahkan tulis di kolom komentar di bawah ya!
Terima kasih, dan sampai jumpa minggu depan!
© Fujino Oumori, Suzuhito Yasuda/Softbank Creative/DanMachi Production Committee