Berbagai konsep dan istilah terkait “militer” telah absen dari materi pelajaran formal di Jepang selama lebih dari satu dekade. Namun di tahun ajaran Jepang 2020 yang baru saja dimulai, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi sudah menggodok materi untuk tahun 2021. Minggu ini, Kementerian telah mengkaji buku pelajaran sekolah menengah pertama yang telah mengajukan permohonan sertifikasi untuk diperkenalkan di sekolah-sekolah tahun depan. Di antara mereka yang lulus sertifikasi adalah buku yang berisi istilah yang mungkin belum pernah dilihat siswa sekolah menengah dalam buku pelajaran mereka selama ini, “military comfort woman” atau “wanita penghibur militer”.
Dalam sebuah buku teks sejarah yang dikirimkan oleh penerbit yang berbasis di Tokyo, Yamakawa Shuppansha, bagian berikut ini muncul ketika membahas kegiatan Tentara Kekaisaran Jepang menjelang Perang Dunia II dan konflik itu sendiri:
“Di ‘fasilitas kenyamanan’ yang didirikan di zona perang, wanita (disebut ‘wanita penghibur militer’) dikumpulkan dari berbagai tempat, seperti Korea, Cina, dan Filipina.”
Tidak ada buku teks sejarah sekolah menengah pertama yang disetujui oleh pemerintah Jepang sejak 2004 yang memasukkan kosakata “militer”. Hal ini menuai kritik dari mereka yang merasa istilah itu tidak sesuai dengan deskripsi. Dengan anak-anak Jepang memasuki sekolah menengah pada usia 12 atau 13 tahun, dan tahap sistem pendidikan berlangsung selama tiga tahun, itu berarti bahwa tidak ada seorang pun warga Jepang di bawah usia 28 tahun yang diajari menggunakan buku teks sekolah menengah pertama yang disetujui pemerintah, berisikan istilah “wanita penghibur militer.”
Selain itu, Kementerian juga telah meninjau buku teks sejarah yang terpisah (status persetujuan atau penolakan belum dikonfirmasi) dari penerbit berbeda, yang mencakup deskripsi tentara Kekaisaran Jepang yang menginvasi rumah sipil selama pendudukan Nanking Tiongkok, pemerkosaan seorang gadis berusia 13 tahun dan 15 tahun, serta perilaku membunuh orang tua dan kakek-nenek mereka. Buku teks itu juga mengatakan bahwa militer Jepang “membantai banyak orang” di Malaysia dan “memutuskan strategi mengorbankan Okinawa.”
Perlu diingat bahwa persetujuan Kementerian atas buku teks Yamakawa Shuppansha tidak lebih dari itu, hanya “persetujuan”. Sekolah tetap tidak memiliki kewajiban untuk menggunakan teks Yamakawa jika mereka lebih suka menggunakan buku teks sejarah yang lain. Namun, untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, mengajari anak-anak tentang tidak hanya “wanita penghibur,” tetapi “wanita penghibur militer,” akan menjadi pilihan bagi para pendidik di Jepang.
The post “Wanita Penghibur Militer” Sebutan yang Sempat Hilang dari Buku Pelajaran Sejarah Jepang appeared first on Japanese Station.